"Dengan adanya penguasaan pengetahuan tentang nuklir oleh generasi muda sejak dini, di kemudian hari mereka akan dapat arif dan bijaksana dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi itu," ujar Taswanda Taryo, Deputi Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir Batan, di Jakarta, Jumat (2/5).
Dalam penyusunan kurikulum tersebut, ujar Eko Madi, Kepala Subbidang Diseminasi Iptek Nuklir Energi, akan dibentuk tim yang terdiri atas para pakar dari Batan dan Depdiknas. Tim ini akan membahas materi akademis, kurikulum, dan pengambilan keputusan.
Menurut Eko yang juga penanggung jawab program penyusunan kurikulum, materi tentang nuklir masuk pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi. Nantinya, pada pelajaran Fisika antara lain akan diajarkan tentang teknologi reaktor nuklir, perunutan dan memperpendek usia limbah bahan radioaktif.
Pada pelajaran Biologi akan diajarkan efek radiasi bagi kesehatan, mutasi gen, dan pengawetan makanan dengan teknik iradiasi (penyinaran). Pada bidang Kimia di antaranya akan diajarkan pengetahuan tentang vulkanisasi lateks untuk menguatkan bahan karet.
Pada tahun 2009 penyusunan kurikulum tersebut ditargetkan telah menghasilkan draf untuk masuk kurikulum pendidikan SMA tingkat nasional.
Lokakarya guru
Sosialisasi pengetahuan nuklir, lanjut Eko, sebenarnya telah dirintis sejak tahun 2005 dengan menyelenggarakan lokakarya bagi guru SMA di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Kudus, dan Jepara.
Lokakarya ini meliputi pemahaman teori dan praktik. "Mereka diajarkan pula cara menghitung aktivitas radiasi dan upaya penyelamatan terhadap bahan radioaktif," ujar Eko.
Bantuan Batan
Edukasi publik lewat pendidikan pada akhir April lalu juga dilakukan Batan di 14 SMA di Jepara. Sasaran program orientasi itu adalah para guru dan siswa.
Di tiga daerah di Jepara, ungkap Eko, akan dibangun Pusat Informasi Edukasi Nuklir dilengkapi dengan laboratorium edukasi. Peralatan untuk laboratorium ini akan diberikan Batan sebagai hibah.
Dalam laboratorium itu antara lain akan diajarkan pengenalan sumber radiasi, alat keselamatan kerja terhadap radiasi, pengukuran aktivitas radiasi, dekontaminasi, dan pencarian sumber radioaktif di lokasi tertentu.
Pengetahuan dan pelatihan tentang nuklir ini juga dapat diikuti oleh mahasiswa dan LSM.
Di luar sektor pendidikan, sosialisasi aplikasi nuklir juga dilakukan dengan memberi bantuan secara gratis benih padi dan pakan ternak hasil iradiasi kepada petani. (YUN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar