23 April 2008

Veteran vs Nagabonar

"Negara sudah merdeka, tapi saya belum." Kalimat yang dilontarkan Pak Mustafa itu serasa langsung menghujam ulu hati. "Sampai sekarang saya masih harus berjuang untuk bisa hidup sebagai kuli panggul dan pendorong gerobak," ujar veteran perang ini dengan suara masgul.

Dalam usianya yang menjelang 82, Mustafa hanya satu dari sekian banyak veteran perang kemerdekaan yang "terlupakan". Banyak di antara para pejuang yang dulu mempertaruhkan nyawa untuk kemerdekaan republik Indonesia kini harus menerima keadaan yang mengenaskan karena perhatian pemerintah yang sangat kurang.

Rata-rata para veteran pejuang ini mendapat tunjangan hidup Rp 600 ribu sebulan. "Bagaimana bisa hidup layak dengan uang segitu," ujar Mustafa, ayah 5 anak dan kakek 15 cucu ini.

Selain penghargaan yang tidak sebanding dengan jasa mereka, para veteran juga harus menghadapi situasi yang sering tidak mereka pahami. Pergolakan bathin semacam itu diangkat ke layar film melalui tokoh Nagabonardi film "Nagabonar Jadi 2".

"Memang aku yang salah Bonaga. Mengapa aku masih hidup di zamanmu. Zaman yang tidak kumengerti tapi berusaha kupahami karena aku sangat mencintaimu," ujar Nagabonar kepada Bonaga, anaknya.

Nagabonar, yang digambarkan sangat nasionalis di film itu, memang menjadi aneh di mata anaknya. Bayangkan bagaimana kita harus bersikap manakala mendengar Nagabonar meminta Jenderal Sudirman tidak memberi hormat pada mobil-mobil yang lewat dan orang-orang yang tidak pantas dihormati. Sebab Jenderal Sudirman yang diajak bicara hanyalah sebuah patung yang berdiri kokoh di tengah hiruk pikuk jalan protokol di pusat Jakarta.

Sebaliknya, Nagabonar sangat sulit memahami jalan pikiran anak lelakinya yang cenderung tidak menghargai semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme. "Film itu memang ingin menggugah semangat nasionalisme kita yang semakin pudar," ujar Dedy Mizwar, pemeran Nagabonar.

Kick Andy kali ini mengangkat topik kehidupan para veteran yang di ujung hari tua mereka masih banyak yang menderita dan terpinggirkan. Jasa mereka seakan terlupakan. Banyak di antara mereka yang hanya menjadi bahan tertawaan generasi muda, yang sulit memahami jalan pikiran para mantan pejuang ini.

Para veteran yang hadir di studio mengakui memang ada jarak antara mereka dan generasi muda. Apalagi ketika sekolah tidak mampu berperan untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme anak-anak muda jaman sekarang.

"Mereka tidak ingin dihargai secara yang berlebihan. Mereka hanya ingin kita menghargai jasa mereka sepantasnya," ujar Dedy Mizwar yang tak sanggup menahan air matanya.

Maka semua penonton di studio merinding dan terharu ketika seorang veteran meminta semua yang hadir untuk menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' dengan penuh hikmat.

Tidak ada komentar: