14 April 2008

Pemangkasan Dana BOS, Barisan Anak Putus Sekolah Akan Bertambah

[JAMBI] Pemangkasan dana bantuan biaya operasional sekolah (BOS) buku akan memicu peningkatan barisan anak-anak putus sekolah. Tanpa bantuan, anak-anak dari keluarga miskin akan semakin banyak yang meninggalkan bangku sekolah, karena orangtua tidak mampu membiayai sekolah mereka.

Bahkan kebijakan tersebut akan mengakibatkan pelaksanaan program wajib belajar (wajar) sembilan tahun semakin merosot. Demikian komentar pengamat pendidikan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Jambi (Unja), Drs Andi Purba MSc dalam perbincangan dengan SP di Jambi Minggu (13/4) menanggapi pemangkasan dana BOS buku (SP, 11/4).

Menurut Andi, dana BOS telah banyak membantu anak-anak kurang mampu di daerah untuk mengatasi kesulitan biaya buku dan keperluan sekolah lainnya. Melalui bantuan tersebut, anak-anak miskin bisa mendapatkan buku-buku pelajaran secara gratis, sehingga gairah belajar dan prestasi mereka meningkat.

"Jika anak-anak miskin tersebut tidak mendapatkan bantuan lagi, jelas mereka akan kesulitan mendapatkan buku-buku pelajaran. Apalagi sekarang ini buku-buku pelajaran sering berganti. Hal ini membuat anak-anak miskin frustasi dan bisa meninggalkan bangku sekolah," katanya.

Hambat Masa Depan

Senada dengan itu, Direktur Eksekutif Lembaga Bantuan (LBH) Sekolah Jakarta, Roder Nababan yang ditemui di Medan, Sumatera Utara mengatakan, seharusnya program subsidi pendidikan lebih ditingkatkan demi menunjang kecerdasan bangsa. Kalau anggaran pendidikan, khususnya dana BOS dipangkas, dikhawatirkan akan menambah jumlah anak putus sekolah.

"Dana subsidi sebelum adanya pemotongan sepuluh persen masih tergolong sangat kecil, hanya sedikit mengurangi beban orangtua murid. Pemotongan dana subsidi justru menghambat masa depan anak penerus bangsa," katanya.

Menurut Roder, masih banyak anak putus sekolah akibat ketiadaan dana orangtua yang seharusnya diperhatikan oleh pemerintah. "Pemerintah seharusnya membantu mereka dengan memberikan beasiswa, bukannya mengurangi bantuan bagi mereka yang miskin,'' ujarnya Senin (14/4) pagi.

Di bagian lain Andi mengatakan, bantuan BOS yang diberikan pemerintah sering mendapat sorotan dan dinilai mubazir, karena pengelolaannya kurang transparan. Pengelolaan dana BOS selama ini hanya dilakukan kepala sekolah, sedangkan guru-guru tidak tahu.

Sementara itu, J Sipakkar (48), orangtua murid SD Mayang Kota Jambi di Jambi, Minggu mengatakan, pemangkasan dana BOS akan menambah beban keluarga untuk menyekolahkan anak- anak. Masalahnya pendapatan keluarganya sebagai petani tidak cukup untuk biaya sekolah dua orang anak di SD dan seorang lainnya di SMP.

"Saat ini anak saya dua orang yang sekolah di SD. Tanpa dana BOS, saya benar-benar tidak mampu membeli keperluan sekolah mereka, termasuk buku-buku. Untuk membiayai kebutuhan makan sembilan anggota keluarga pun sudah sulit. Saya dan istri bekerja hanya bertani dengan menyewa tanah. Karena itu, dana BOS tersebut jangan dikurangi, tetapi justru harus ditambah," katanya. [AHS/141]

Tidak ada komentar: