24 April 2008

Harga Buku Dinaikkan, Menyesuaikan dengan Kenaikan Harga Kertas

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO / Kompas Images
Pekerja mencetak buku baru yang diterbitkan di penerbitan dan percetakan CV Andi Offset di Demangan Baru, Yogyakarta, Rabu (23/4). Saat ini, pengurangan jumlah halaman buku, pengetatan seleksi tema buku, pengurangan tiras, hingga menaikkan harga jual buku terpaksa diterapkan oleh sejumlah penerbit untuk dapat bertahan di tengah mahalnya harga kertas
.


Sleman, Kompas, 24 April 2008 - Penerbitan dan percetakan di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai mengatur strategi untuk menyiasati kenaikan harga kertas. Pengurangan jumlah halaman buku, memperketat seleksi tema buku, hingga menaikkan harga jual buku diterapkan untuk dapat bertahan di tengah mahalnya harga kertas.

"Untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga kertas, harga buku per eksemplarnya juga ikut kami naikkan sekitar 25 persen," ujar Indro Suprobo, Manajer Umum Penerbit Buku Resist Book di Jalan Magelang, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (23/4).

Indro mencontohkan, jika buku berukuran 14 sentimeter x 21 sentimeter setebal 225 halaman dengan tahun cetakan 2005 dijual seharga Rp 33.000, maka buku dengan tebal sama yang dicetak tahun ini bisa dijual Rp 42.000.

Menurut Indro, selain menaikkan harga jual, Resist Book lebih selektif dalam menentukan naskah yang akan diterbitkan. "Selain melihat isinya, tebal halaman menjadi pertimbangan penerbitan buku," ujarnya.

Sebelum harga kertas naik, lanjut Indro, pihaknya masih menerima naskah dengan tebal lebih dari 300 halaman. Namun, sekarang ini naskah tersebut tidak dipilih.

"Rata-rata kami hanya mencetak naskah setebal 200 halaman demi efisiensi," katanya.

Ida, penanggung jawab produksi Penerbit PT Galang Titian Kreasi Press, di Baciro, Yogyakarta, menyebutkan, selain harganya naik, kertas mulai sulit diperoleh.

Kenaikan harga, menurut Ida, dipicu oleh penurunan produktivitas pabrik kertas yang kesulitan untuk mendapatkan bahan baku bubur kertas (pulp). Kondisi ini menyebabkan stok kertas menjadi sangat terbatas. Padahal, permintaan kertas kian hari terus mengalami peningkatan.

Galang Titian Kreasi Press hingga kini belum berani untuk menaikkan harga buku, sehubungan dengan kenaikan harga kertas tersebut. Hal itu dilakukan mengingat daya beli masyarakat yang cenderung terus menurun.

Selektif

Pihak penerbitan itu lebih memilih untuk mengurangi jumlah halaman buku, mengurangi oplah, dan selektif untuk menerbitkan buku.

"Jika beberapa bulan lalu kami mencetak 1.000 eksemplar, saat ini paling-paling hanya 500 eksemplar," ujar Ida.

Humas Percetakan dan Penerbitan Andi Offset, Bejo Santoso, mengungkapkan pula bahwa untuk mengimbangi kenaikan biaya produksi, harga jual buku juga ikut didongkrak sebesar lima persen. Selain itu, berupaya mengurangi risiko kesalahan cetak untuk menghemat kertas.

Triwidi (21), pegawai di toko kertas Sri Raja Master di Jalan Suryopranoto, mengakui harga kertas di tokonya telah naik dalam sebulan ini.

Di tempat usahanya itu, harga kertas HVS 70 gram ukuran plano atau 65 sentimeter x 100 sentimeter naik dari Rp 220.000 menjadi Rp 247.500 per rim. "Kertas ini yang biasa digunakan untuk penerbitan," katanya.

Selain itu, harga kertas HVS ukuran kuarto naik dari 22.500 menjadi Rp 24.000 per rim, sedangkan kertas HVS ukuran folio naik dari Rp 25.000 menjadi Rp 28.500 per rim. (A06/WAK)

Tidak ada komentar: