Suara Pembaruan - 28/3/2008, BANDUNG: Baru selesai dibangun tiga bulan lalu, satu dari tiga ruang kelas baru di kompleks SD Pasundan 3 Babakan Ciparay, Kota Bandung, ambruk. Akibatnya, 22 orang siswa kelas dua yang tengah belajar di kelas tersebut harus dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Rajawali, Bandung, Kamis (27/3). "Ada yang berdarah, ada juga yang menangis," kata Dedi Baihaqi (28), guru kelas enam SD Pasundan 3 yang ikut mengeluarkan para siswa dari dalam kelas.
Dua dari 22 siswa itu hingga Kamis (27/3) malam masih mendapatkan perawatan. Keduanya adalah Rofi Rahmadia (8) yang menderita patah tulang pada betis kirinya dan Asti Setiawati (8) yang retak di pelipis kiri. Mereka dirawat di RS Rajawali karena sempat tidak sadarkan diri. "Semuanya ada 22 anak yang sempat dirawat," ujar Kepala Unit Gawat Darurat RS Rajawali, dr Dodo Wangsa- atmaja.
Saat ditemui SP, Jumat (28/3) pagi, Rofi mengaku kepala masih terasa sakit, terutama saat berbaring. Tumijan (33) sang ayah menuturkan anaknya itu harus diperiksa kepalanya. "Setiap berbaring dia mengeluh kesakitan, makanya sekarang mau di-scan dulu kepalanya," paparnya Ketika ditanya bagaimana kondisinya, Rofi yang kaki kirinya sudah digips lebih banyak mengerang kesakitan.
Secara terpisah, Masitoh (52), ibunda Asti mengungkapkan, di kepala anaknya terdapat tiga buah benjolan. Asti sempat tidak sadarkan diri. Sampai saat ini, dia juga masih belum bisa menerima asupan makanan lewat mulutnya. "Dia selalu muntah," ungkap warga Jalan Jamika, Gang Bah Pian, RT10/RW06, Kelurahan Sukahaji, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung ini.
Ruang kelas yang ambruk itu merupakan satu dari 10 ruang kelas yang ada di komplek sekolah SD Pasundan 2, 3, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pasundan 9. Imam Maliq (8), salah seorang siswa kelas dua yang belajar di kelas itu menuturkan, atap kelas itu langsung jatuh ke bawah dan menimpanya tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Imam yang mendapatkan dua jahitan di bagian kepalanya ini mengaku baru bisa ke- luar dari dalam kelas setelah ada orang dewasa yang menariknya.
"Tidak tahu oleh siapa," papar Imam ketika ditemui di rumahnya, Kamis malam. Bersama teman-temannya, Imam baru dua hari menggunakan ruangan kelas yang biasanya digunakan oleh siswa SMP Pasundan 9 itu.
Kayu Lama
Kepala Sekolah SMP Pasundan 9, Iman Saiman menjelaskan, pembangunan tiga ruang kelas yang masing-masing berukuran sekitar 8x9 meter itu sudah berlangsung ketika dirinya baru bertugas di situ. "Saya masuk November, proses (pembangunan) sudah jalan."
Berdasarkan pengamatan SP, kayu penopang utama di bagian atas kelas banyak yang berwarna hitam dan urat-urat kayunya sudah merekah. Wali Kota Bandung, Dada Rosada yang meninjau langsung ke sekolah itu menyatakan, bagian bawah ruang kelas itu memang masih baru, namun bagian atasnya tidak. "Ini tembok baru, tapi itu kayu lama," paparnya.
Sebelum kejadian ini, Pemerintah Kota Bandung sudah membentuk tim inventarisasi bangunan-bangunan yang rusak pasca runtuhnya ruangan kelas di SD Babakan Surabaya, 12 Maret lalu. Menurut Dada, pada tahun 2008 akan ada 205 ruang kelas yang dibangun pihaknya. Pembangunan ini menyusul hasil inventarisasi data dari tim yang menyatakan 1.015 dari sekitar 5.300 ruang kelas dari berbagai tingkatan di Kota Bandung rusak parah. "Yang akan kita bangun 205 kelas dari Pemprov Jabar Rp 8 miliar bantuan. Ini (SD Pasundan 3) yang di luar inventarisasi tim kita," kilahnya.
Dia juga mengungkapkan, pembangunan di komplek SMP Pasundan 9 ini menggunakan dana bantuan dari Pemprov sebesar Rp 110 juta. Dana itu dikelola oleh komite sekolah yang bersangkutan.
Mengenai kemungkinan pelanggaran hukum dalam pembangunan gedung sekolah itu, Wali Kota Bandung menyerahkannya kepada polisi untuk menyidiknya. Kepala Kepolisian Resort Kota Bandung Barat Ajun Komisaris Besar Polisi Teddy Setiady mengatakan, pihaknya sementara ini masih menilai ambruknya kelas ini sebagai kecelakaan. Namun, tidak tertutup kemungkinan akan ada yang menjadi tersangka. Polisi, sambungnya, sudah memeriksa kepala sekolah SD Pasundan 3, Iman Raksa Santosa. "Harus ada yang mempertanggungjawabkannya. Mungkin ini tidak sesuai konstruksinya," ujar Iman. [153]
28 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar