15 Juli 2009

Astaga, Roy Meninggal Saat Ikuti MOS!

Roy Aditya, siswa baru SMA Negeri 16 Surabaya, Jawa Timur, meninggal dunia saat mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolahnya, Rabu (15/7).

Hingga kini, belum diketahui pasti penyebab tewasnya anak muda berusia 16 tahun tersebut. Menurut keterangan Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 16 Surabaya, Edi, tidak ada kegiatan fisik dalam program MOS yang diselenggarakan di sekolahnya itu.

"Sebelum meninggal dia hanya menonton teman-temannya yang sedang mempersiapkan acara penutupan MOS, tiba-tiba dia pingsan," katanya.

Dalam kondisi pingsan, korban sempat diberi pertolongan di ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kemudian, korban dilarikan ke Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari, Surabaya.

Di rumah sakit itu, korban sempat ditangani dengan alat bantu pernapasan. Namun, korban tidak bereaksi sedikit pun, sehingga dokter di rumah sakit itu menyatakan, Roy meninggal dunia.

Pihak RSI Jemursari menyarankan agar jasad Roy dibawa ke RSUD dr. Soetomo untuk diautopsi. Hingga kini autopsi terhadap jasad korban masih berlangsung.

Sementara itu, Nani, ibunda korban, menyatakan, putranya tidak memiliki riwayat penyakit apapun. "Hanya sebelumnya, anak saya itu mengaku ketakutan saat disuruh membawa kayu bakar oleh para seniornya. Kalau tidak membawa, anak saya takut dipukul," tutur Nani.

Singkat kisah, Roy pun berangkat ke sekolah tanpa membawa kayu bakar seperti perintah rekan seniornya itu. "Saya kaget, mendengar informasi dari pihak rumah sakit, bahwa anak saya meninggal dunia saat MOS," kata Nani.

Sebagai orang tua, pihaknya mengikhlaskan anaknya meninggal dunia. "Saya ikhlaskan anak saya meninggal dunia. Tapi saya minta hukum harus ditegakkan," katanya seraya meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surabaya dan aparat penegak hukum mengusut peristiwa yang merenggut nyawa anaknya itu.

Sementara itu, Kepala Disdik Kota Surabaya, Sahudi, tidak bersedia memberikan pernyataan terkait peristiwa tragis yang terjadi di SMA Negeri 16 tersebut.

"Mohon maaf Mas, saya sedang repot," kata Sahudi seraya menutup pesawat telepon selulernya ketika hendak dikonfirmasi mengenai peristiwa maut di sekolah yang berlokasi di Jalan Raya Prapen Surabaya itu. LTF Sumber : Ant

http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/07/15/19481610/Astaga..Roy.Meninggal.Saat.Ikuti.MOS.

1 komentar:

gemacahya mengatakan...

Sangat tidak bijaksana jika kita memandang MOS dari hanya sudut sempit bahkan sebelah mata. sesungguhnya manfaat MOS dapat tercapai jika dikonsep dengan baik oleh panitia dengan rekomendasi dan koreksi dari guru sekolah yang bersangkutan. MOS memiliki dampak positif untuk masa mendatang, bukan hanya saat sekolah maupun kuliah, tapi juga dunia bekerja. karena diperlukan mental yang kuat dan kokoh untuk dapat kuat bersaing.tidak bisa hanya mengandalkan pandai dan cerdas saja karena diperlukan kemampuan softskill seperti keberanian berbicara, mempertahankan pendapat, dan sebagainya,yang biasanya hanya diberikan saat MOS dan OSPEK serta pelatihan2 di tempat belajar yang berkualitas baik siswanya maupun pengajarnya. Oleh karena itu sangat picik sekali pemikiran pihak-pihak tertentu bahwa MOS tidak bermanfaat. kita tentunya tidak ingin generasi penerus bangsa menjadi manusia-manusia pasif, manja serta penakut yang tidak tahan mental menghadapi dunia yang sedemikian luas dan kerasnya.

Terkait terjadinya peristiwa ini, saya turut berduka cita dan semoga ini menjadi evaluasi kita bersama. bukan adanya MOS yang salah, tapi mungkin terdapat kekurangan di sana-sini pada sistem oleh panitia dan pihak sekolah bersangkutan yang menyebabkan hal seperti ini terjadi.. oleh karena itu kita sebagai alumni, generasi yang telah melewati itu semua hendaknya terus memantau perkembangan sistem pengkaderan sekolah atau kampus kita agar tidak terulang lagi peristiwa seperti ini.