Meski demikian, bagi para mahasiswa Universitas Terbuka (UT) yang sebagian besar guru SD yang tersebar hingga ke daerah terpencil, kehadiran UT amat penting untuk melanjutkan kuliah.
Belum semua mahasiswa, yang sebagian besar guru, dapat mengakses fasilitas materi pembelajaran yang sama lantaran keterbatasan infrastruktur dan teknologi. Bahkan, banyak pula di antara mahasiswa yang belum mampu mengoperasikan komputer.
Efendi, salah seorang mahasiswa UT di Kecamatan Liwa, Lampung Barat, Senin (1/9), menuturkan, pembelajaran mandiri yang dijalaninya hanya mengandalkan modul dan sumber belajar audio dari kaset. Akan tetapi, tidak semua mata pelajaran terdapat materi audionya.
Untuk mata kuliah wajib tertentu terdapat tutorial tatap muka antara tutor dan mahasiswa. "Jika mau tambahan tutorial, tatap muka biasanya diatur oleh mahasiswa dengan biaya Rp 100.000 per mata kuliah," ujar Efendi yang mengambil Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Tutorial tatap muka dilaksanakan di SMPN 1 Liwa. Tutor umumnya guru SMA senior dengan pendidikan minimal S1.
"Belum ada komputer dan akses internet yang dapat dimanfaatkan. Guru-guru juga datang dari dusun-dusun yang sebagian masih terisolasi. Komputer masih asing buat guru," ujarnya.
Atwi Suparman, Rektor UT, mengatakan, secara sistem penyelenggaraan pendidikan jarak jauh, UT sudah siap dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang. "Dari sisi UT, secara sistem sudah tidak masalah. Penggunaan internet untuk pembelajaran, registrasi, dan tutorial online sudah bisa diakses. Kendalanya karena tidak semua daerah bisa terjangkau internet dan tidak semua mahasiswa mampu menggunakan komputer," katanya.
Untuk mengatasi kendala tersebut, UT menggunakan berbagai cara untuk membantu mahasiswa agar mudah mengakses bahan belajar. Selain paket modul, penyebaran informasi, dan tutorial, UT juga memanfaatkan koran lokal, radio, dan televisi kabel atau lokal. (ELN/INE)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/02/01090830/ut.terkendala.teknologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar