empersiapkan lulusan perguruan tinggi dengan kematangan akademik saja saat ini tidak cukup. Mereka perlu juga dibekali dengan kemampuan dan keahlian yang didapatkan langsung dari lapangan sesuai dengan bidang studi yang digeluti selama di bangku kuliah.
Keahlian dan kemampuan ini memang harus dibangun dari dalam kampus, tetapi bukan hanya dari sisi akademik atau teori, melainkan juga mahir di bidang studi yang menjadi konsentrasi para lulusan.
Berkaitan dengan itu, Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), mengeluarkan kebijakan mendorong lulusannya untuk berprestasi lebih baik dalam persaingan dengan perguruan tinggi lain dan adanya tuntutan dunia kerja. Untuk itu diperlukan sertifikasi profesi
"Selepas dari perguruan tinggi, mahasiswa dibekali dengan dua kemampuan, yaitu akademik dan pengalaman kerja yang dituangkan ke dalam bentuk sertifikasi profesi," tutur Dekan Fikom Universitas Prof Dr Moestopo, Hanafi Murtani, di sela-sela kegiatan out bound karyawan di lingkungan fakultas tersebut di Sukabumi, Jawa Barat, belum lama ini.
Menurut Hanafi, kematangan pengalaman di bidang studi saat ini menjadi begitu penting, apalagi saat ini dunia pendidikan di Indonesia sudah mengarah kepada dunia korporasi. Mau tidak mau, katanya,, lembaga pendidikan pun sudah harus mampu mengantisipasi keadaan tersebut, artinya bukan hanya membekali lulusannya dengan kemampuan akademik, tetapi juga keahlian sesuai profesi yang nantinya digeluti setelah lulus dari perguruan tinggi.
"Sebelum lulus para mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti praktik lapangan sesuai dengan bidang yang dipelajarinya di kampus. Setelah mereka memahami betul apa yang dipelajari di lapangan, mereka akan mendapat pengakuan seperti sertifikat. Jadi, setelah menggondol gelar sarjana, mereka juga mengantongi sertifikasi terkait keahlian profesi yang nantinya akan digeluti," ucapnya.
Namun, sebelum keahlian mahasiswa teruji di lapangan, mereka akan menjalankan serangkaian kegiatan praktik di laboratorium yang dimiliki universitas ini. Dia mengakui, kurikulum ilmu komunikasi yang ada sekarang tidak menunjang untuk memberlakukan sistem pendidikan seperti itu.
Di sisi lain, pihaknya akan mengajak alumni untuk ikut mengembangkan fakultas ini. Menurutnya, perguruan tingginya memiliki modal dasar yang cukup baik, yaitu alumni yang sudah banyak mengabdi di berbagai perusahaan maupun instansi pemerintah.
"Kita memiliki lulusan di bidang komunikasi dari perguruan tinggi yang sudah mempunyai brand. Di sinilah kita melihat betapa pentingnya mempersiapkan lulusan yang tidak hanya trampil dan menguasai teori, tetapi juga mendapat binaan keprofesian," ujarnya.
Sayangnya, Hanafi menambahkan, kurikulum pendidikan komunikasi ini tidak seperti di bidang kedokteran yang sudah menyatu teori dan keahlian profesi. Kurikulum ilmu komunikasi masih terpaku pada sisi teori, praktik pun hanya dilakukan sebatas di lingkungan laboratorium kampus.
"Tetapi nanti di Fikom ini, mahasiswa yang akan menyelesaikan studi, baik itu di konsentrasi kehumasan, jurnalistik, maupun lainnya, wajib menjalankan praktik di berbagai lembaga di luar kampus. Kami juga mengembangkan kurikulum ke arah terciptanya lulusan yang lebih profesional," katanya. [E-5]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar