08 September 2008

BOS Buku Telat Cair - Ada Perbedaan antara Depdiknas dan Depag

Bantuan operasional sekolah khusus buku belum kunjung disalurkan ke sekolah- sekolah. Padahal, tahun ajaran baru 2008/2009 sudah dimulai lebih dari dua bulan lalu dan sejumlah sekolah serta orangtua siswa sudah telanjur membeli buku.

"BOS (bantuan operasional sekolah) buku masih diproses karena masih ada kendala perbedaan unit cost antara Departemen Pendidikan Nasional yang menentukan besarnya Rp 12.000 per anak dengan Departemen Agama yang meminta sebesar Rp 20.000 per anak," ujar Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Suyanto, akhir pekan lalu.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) terpaksa memotong anggaran BOS buku seiring pemotongan anggaran Depdiknas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2008.

Di sisi lain, perbedaan besaran anggaran BOS buku antara Depdiknas dan Departemen Agama (Depag) mengharuskan adanya revisi dan pembicaraan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Padahal, komisi yang menangani Depdiknas dan Depag berbeda.

Suyanto mengatakan, pemerintah akan segera menyusun petunjuk tertulis setelah penyesuaian dengan Depag selesai. Menurut Suyanto, dana BOS buku tersebut masih memadai untuk membeli buku pelajaran mengingat adanya buku pelajaran murah yang sudah dibeli hak ciptanya dan dicetak sejumlah percetakan.

"Pusat Buku Indonesia sudah menjual buku yang telah dibeli hak ciptanya tersebut dengan harga eceran tertinggi atau HET ditentukan pemerintah," kata Suyanto.

Mulai berminat

Ketua Pusat Buku Indonesia, Firdaus Oemar, secara terpisah, mengatakan bahwa minat masyarakat terhadap buku pelajaran murah mulai terlihat.

Seperti diberitakan sebelumnya, Depdiknas membeli hak cipta sejumlah buku pelajaran dan kemudian memasukkan materi buku ke jaringan internet. Masyarakat dapat mengunduh materi buku tersebut. Selain itu, sejumlah percetakan kemudian mencetak materi tersebut menjadi buku dan menjualnya dengan HET ditentukan pemerintah.

"Saat ini, BOS buku belum turun dan kami tidak bisa memberikan penundaan waktu pembayaran. Kalau sudah turun, barangkali semakin banyak yang beli," ujar Firdaus yang ditemui di Pusat Buku Indonesia yang terletak di Hyper Mall Lantai 3, Kelapa Gading Trade Center, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Sudah dicetak 74 judul

Terdapat 407 judul buku yang sudah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah dan 74 judul di antaranya sudah dicetak oleh sejumlah percetakan.

"Pekan depan, direncanakan pencetakan 195 judul buku. Sejauh ini, total buku pelajaran murah yang dibeli masyarakat lewat Pusat Buku Indonesia sekitar 35.000 eksemplar ," katanya.

Hanya saja, persoalannya adalah penyeragaman HET di seluruh Indonesia. Untuk didistribusi di Pulau Jawa, HET tersebut memadai dan percetakan masih mendapatkan keuntungan. Namun, apabila sudah ke luar Pulau Jawa, ongkos transportasi dan distribusi menjadi sangat besar.

Padahal, diharapkan buku murah dapat terdistribusi sebaik dan semerata mungkin agar bermanfaat bagi peserta didik.

"Percetakan tengah berupaya mengatasinya dengan menanggung bersama ongkos distribusi tersebut atau dengan subsidi silang keuntungan yang didapat dari penjualan buku di Jawa," ujar Firdaus. (INE)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/08/00352474/bos.buku.telat.cair

Tidak ada komentar: