Kompas. 7 Mei 2008 -- Para siswa tampak tekun menghadapi layar komputer. Tangan mereka lincah memainkan tetikus (mouse). Sedang asyik main game? Tentu tidak.
Yang terlihat di muka adalah dahi yang berkerut pertanda para siswa sedang berpikir keras. Wajar karena memang siswa kelas III Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Majene, Sulawesi Barat, sedang menghadapi ujian akhir sekolah. Namun, berbeda dari sekolah kebanyakan, selama seminggu, sejak Senin (5/5) pagi, siswa kelas III SMK 2 Majene kelompok Bisnis dan Manajemen menjalani ujian akhir sekolah berbasis online.
Di hadapan siswa, tidak ada lembaran kertas yang mesti diisi, atau pensil dan pena untuk mengisi jawaban. Dengan sistem ini, setiap siswa mendapat meja lengkap dengan satu set komputer. Dengan memasukkan password nomor ujian mereka, setiap siswa akan mendapatkan soal pilihan ganda (multiple choice). Satu siswa dengan siswa lain mendapatkan soal yang berbeda urutannya.
Menurut administrator ujian SMK 2 Majene, Rusman Rahman, sekalipun total 50 soal sama, sistem memungkinkan soal-soal itu teracak susunannya. Dengan begitu, siswa akan lebih sulit kalau ingin berbuat curang. "Susah kalau mau mencontek," ujar Rusman menirukan tanggapan para siswa.
Tinggal klik
Selama ujian yang berlangsung 90 menit per mata pelajaran, mereka tinggal mengklik pada pilihan jawaban yang dianggap benar. Bagi Sukardi Yunus, siswa jurusan Perkantoran, sistem ujian online relatif lebih enak ketimbang ujian dengan cara konvensional. Yang jelas, siswa tidak perlu repot-repot menulis di lembar jawaban.
Yang lebih enak lagi, setidaknya bagi guru, hasilnya bisa langsung diketahui selepas ujian. Cukup dengan memerintahkan "proses dan periksa", siswa langsung mengetahui nilai ujian yang baru saja ditempuhnya.
Para guru tentu lebih nyaman dengan sistem ini sekalipun selambat-lambatnya seminggu sebelum pelaksanaan ujian, mereka mesti merampungkan soal-soal yang akan diujikan. Waktu seminggu dibutuhkan untuk meng-input soal.
Di sekolah yang terletak di Jalan Ratulangi No 9, Kelurahan Banggae, Kecamatan Banggae, ini, ujian akhir sekolah dengan online sudah dilaksanakan kedua kalinya pada tahun ini. Selain ujian akhir, ujian semesteran pun sudah rutin dilaksanakan dengan sistem online. Untuk tahun ini, sebanyak 118 siswa kelas III SMK 2 Majene mengikuti ujian akhir sekolah. Selain itu, 22 siswa SMK Negeri 5 Majene juga ikut tergabung mengikuti ujian online di sekolah ini.
Menurut Rusman, sistem online di SMK 2 Majene bukan hal yang baru sama sekali. SMK 2 Majene yang berdiri sejak 1969 termasuk sekolah yang dipilih Departemen Pendidikan Nasional untuk program pengembangan teknologi komunikasi dan informasi di sekolah.
Awalnya, memang sulit untuk menjalankan sistem ujian online tersebut. Namun, nyatanya, sejak 2006 sistem tersebut bisa diterapkan. Di tataran praktis, ujian online juga terbukti menghemat anggaran.
Sekalipun secara umum lebih menguntungkan siswa dan guru, tetap saja ada masalah yang terkadang membuat pelaksana ujian ketar-ketir. Pasokan listrik di Sulawesi yang secara umum tidak cukup senantiasa menjadi kendala klasik. Untungnya, ada uninterruptible power supply (UPS) yang setidaknya cukup untuk 30 menit jika listrik tiba-tiba padam.
Namun, Rusman mengaku siap jika model ujian online bisa dikembangkan lebih lanjut. Bukan sekadar SMK 2 saja, bisa saja sistem tersebut dikembangkan untuk seluruh Majene ataupun Sulawesi Barat. Bahkan, bukan sekadar ujian akhir sekolah, bisa saja sistem ujian itu diterapkan untuk ujian nasional. Mau? (Sidik Pramono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar