"Hasil yang dicapai tersebut merupakan hasil kerja keras murid," kata Kasim Uludag, guru pembimbing Yurgen, di Depok, Kamis (8/5). Kompetisi yang digelar pada 1-5 Mei lalu itu diikuti oleh lebih dari 550 peserta dari 51 negara. Ia mengatakan I-Sweep merupakan ajang internasional yang diikuti negara-negara besar seperti Amerika, Prancis, Jerman, Korea, Inggris, Turki, India, dan sebagainya.
Delegasi Indonesia terdiri dari empat tim diantaranya Yurgen dari SMA Pribadi Depok, Andhyta Firselly Utami dan Aulia Reza dari SMA Barisma Bangsa, Tangerang, Selma Zizan Erol dan Astari Anjani dari SMA Kharima Bangsa, Tangerang serta M. Rofdinand Sufri dan Surya Al Fath dari SMA Fatih Bilingual Boarding School, Banda Aceh. Mereka tiba kembali di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang pada Kamis (8/5) pagi dengan disambut para guru dan keluarga peserta.
Kompetisi I-SWEEP menilai peserta dari hasil proyek inovasi yang dibuat. Andhyta dan Aulia membuat proyek Producing Electricity from Exhaust Heat Energy. Sementara Yurgen mendisain dan menciptakan sebuah alat Automatic Smoke Eliminator (Alat Otomatis Penyerap Asap Rokok). Yurgen mengatakan alat yang ikut diperlombakan merupakan proyek sederhana, yang menyerap asap rokok, melalui sistem penarikan ion-ion. Sederhana lantaran hanya menggunakan tiga komponen utama, diantaranya power supply, osilator, dan switching transistor. Ditambah botol kosong air minum mineral, yang di dalamnya terdapat lempengan circuit.
"Asap rokok mengandung ion positif dan ion negatif, dan ini bisa ditarik dengan penggunaan anoda (sebagai kutub positif) dan katoda (sebagai kutub negatif)," tutur siswa kelas 3 SMA Pribadi Depok itu. Hasilnya, lanjut Yurgen, asap rokok di dalam botol aqua tertutup itu hilang dalam hitungan lima sampai tujuh detik. "Yang tersisa, hanyalah bercak coklat di permukaan lempengan circuit di dalam botol, sebagai bentuk percobaan sederhana," tandasnya.
Yurgen mengatakan, ide proyek ini muncul dari kondisi sehari-hari. Polusi udara yang disebabkan asap rokok, kendaraan, dan udara dirasakan sangat mengganggu kehidupan. "Itu yang mengilhami saya membuat proyek tersebut. Selama enam bulan saya melakukan berbagai riset, dua bulan masa uji coba," katanya.
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/05/08/16551222/tiga.pelajar.sma.raih.medali.perunggu.kompetisi.sains.internasional

Tidak ada komentar:
Posting Komentar