10 Mei 2008

PENDIDIKAN, Jangan Mengagungkan Nilai Kelulusan

KOMPAS/YULVIANUS HARJONO / Kompas Images
Ratusan siswa dan guru SDN Merdeka V Bandung, Jawa Barat, menggelar istighotsah, Jumat (9/5) di mushala sekolah tersebut. Doa bersama ini dilakukan dalam rangka persiapan ujian akhir sekolah berstandar nasional, yang akan digelar serentak Selasa (13/5). Bekal spiritual dan kepercayaan diri menjadi bagian persiapan siswa menghadapi ujian negara itu
.

Jakarta, Kompas, 10 Mei 2008 - Pendidikan berkualitas tidak sekadar melihat kemampuan berdasarkan nilai kelulusan ujian. Pendidikan berkualitas berorientasi menghasilkan generasi inovatif yang siap bersaing di era global.

Pendidikan di sekolah justru harus mampu menghargai dan mengembangkan kemampuan dan perspektif yang beragam dari setiap individu siswa.

Hal ini diungkapkan Tharman Shanmugaratnam, mantan Menteri Pendidikan Singapura, saat berbicara di seminar bertajuk Enlightening the Life of the Nation yang digelar The Jakarta Post di Jakarta, Jumat (9/5). Juga hadir sebagai pembicara antara lain Kim Shinil, mantan Deputi Perdana Menteri dan Menteri Pendidikan Korea Selatan; Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas Fasli Jalal, dan pendiri Yayasan Pelita Harapan, James T Riyadi. "Selain itu, pendidikan diubah dari hafalan ke pembelajar yang aktif dan pemikir yang kritis," kata Tharman.

Sejak 1997 hingga sekarang, Singapura mulai fokus pada kebijakan pendidikan untuk menghasilkan generasi muda yang tidak kalah dari negara-negara maju lainnya. Menurut Tharman, itu dilakukan dengan pembelajaran yang berpusat pada pengembangan potensi dan kemampuan siswa di era digital.

Pengembangan sekolah untuk siswa berbakat luar biasa bukan hanya di bidang matematika dan sains, tetapi juga olahraga dan seni. Kekuatan pengajaran dari guru di sekolah-sekolah diakui sebagai kunci utama terciptanya pendidikan berkualitas. Pendidik dipilih dari lulusan terbaik dan diberi gaji sesuai pasar, serta kesempatan luas bagi pengembangan profesi. (ELN)

Tidak ada komentar: