30 Mei 2008

Aksi Mahasiswa Ganggu Ketertiban Umum

Maraknya aksi demonstrasi mahasiswa menentang kenaikan BBM akhir-akhir ini sangat meresahkan dan mengganggu ketertiban umum. Terlebih lagi aksi-aksi tersebut dilakukan di jalan umum yang mengakibatkan kemacetan. Kemacetan akibat aksi unjuk rasa mahasiswa di berbagai tempat dinilai tidak wajar, karena mereka membakar ban di jalan, menutup jalan umum bahkan tidak segan-segan melakukan perusakan terhadap kendaraan milik pemerintah (plat merah). Aksi unjuk rasa tersebut menimbulkan kemacetan dan ketakutan para pengguna jalan yang notabene adalah rakyat.

Akibatnya, aksi yang seharusnya mendapat simpati dan dukungan dari rakyat berubah menjadi antipati, karena membuat repot masyarakat. Aksi dilakukan pada saat masyarakat selesai melakukan aktivitasnya mencari nafkah (pulang kerja). Mahasiswa sepertinya sengaja melakukan aksinya pada sore menjelang malam untuk mencari perhatian dan simpati dari masyarakat yang melintas di tempat mereka berunjuk rasa.

Kenapa aksi unjuk rasa harus dilakukan di luar kampus? Padahal di dalam kampus mahasiswa bisa mengekspresikan kehendaknya secara bebas tanpa mengganggu ketertiban umum. Apakah dibenarkan melakukan aksi demo sambil menutup (sebagian) jalan umum, padahal jalan itu merupakan fasilitas umum. Aksi coret-coret kendaraan plat merah sudah bisa dikatakan sebagai aksi vandalisme. Jelas bahwa aksi seperti ini bukan aksi damai, tetapi kriminal. Terkait dengan maraknya aksi mahasiswa ini, masyarakat sepertinya sudah bisa menilai bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa bukan lagi aksi damai akan tetapi aksi yang menakutkan dan meresahkan.

Jika aksi-aksi anarkis terus dilakukan oleh para mahasiswa, jangan harap aksi yang dilakukan ini akan mendapat simpati dari masyarakat. Justru yang akan didapatkan antipati dan kebencian. Untuk mencegah aksi anarkis ini, aparat keamanan diminta untuk tidak segan-segan menindak pelaku aksi yang meresahkan masyarakat. Ade Rachman Jl Kapten Muslihat Bogor, Jawa Barat

Berlomba Cari Perhatian Rakyat

Keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) telah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk berlomba mencari perhatian rakyat. Mereka bersuara lantang menolak keputusan pemerintah tersebut dan berupaya larut dalam aksi-aksi unjuk rasa di jalanan.

Pengamat politik dan sosial dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Damsar, mengatakan kebijakan pe- merintah menaikkan harga BBM, ternyata dimanfaatkan sejumlah parpol untuk menarik simpati masyarakat, terutama warga miskin. Sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar mensinyalir sejumlah mantan menteri dan pejabat menunggangi demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM.

Baik yang dikatakan Damsar maupun sinyalemen yang dikemukakan Syamsir bukan isapan jempol belaka. Beberapa aktivis parpol dan mantan pejabat terlihat jelas di antarapara pendemo.

Keterlibatan aktivis politik dan mantan pejabat dalam aksi unjuk rasa bukanlah sesuatu yang tabu. Namun, alangkah baiknya apabila kepedulian mereka terhadap rakyat dilakukan dengan cara-cara yang lebih elegan. Carilah perhatian rakyat dengan cara yang dapat meringankan beban mereka. Bukan dengan cara-cara jalanan yang justru dapat menambah masalah.

Sikap sejumlah aktivis politik dan mantan pejabat tampak kekanak-kanakan. Mereka mencari perhatian dengan cara berteriak dan bertingkah seolah pahlawan yang membela kepentingan rakyat. Padahal tidak sedikit masyarakat yang mengetahui tentang kredibilitas dan sepak terjang mereka selama ini. Rinny Ramdhika Perum Pojok Salak Blok D-10 Jonggol-Bogor Jawa Barat

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/05/30/index.html

Tidak ada komentar: