17 Februari 2008

Kesehatan dan Sekolah Warga Miskin di Jakarta

Saya anak tertua, tahun lalu putus sekolah di kelas I SMA, dan punya tiga orang adik. Ibu bekerja sebagai tukang cuci/setrika pakaian tetangga. Tinggal di rumah petak kontrakan dengan sewa Rp 150.000 per bulan dan sering menunggak pembayaran. Beban ekonomi semakin memberatkan. Adik yang bersekolah di SDN Klender, Jakarta Timur, sudah menangis terus karena kerap diminta oleh guru untuk membeli buku pelajaran.
Begitu pula dengan yang di SMP dan SMA kesulitan membayar uang sekolah dan biaya lainnya yang muncul hampir setiap bulan. Ibu sudah mencoba menemui pimpinan sekolah untuk mendapat keringanan biaya, tetapi kurang digubris dan selalu menunjukkan peraturan/ketentuan. Padahal, ibu tidak bisa membaca karena buta huruf sehingga menjadi trauma. Mungkin tidak lama lagi adik-adik saya akan berhenti/putus dari sekolah.
Sehari-hari makan kurang bergizi sehingga saya sekeluarga sering menderita sakit dan berobat, tetapi harus bayar karena tidak punya Gakin, Akeskin, atau semacam itu yang dapat membebaskan biaya pengobatan. Saya beserta adik-adik berharap dan menantikan gebrakan dari Program Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dalam menangani masalah kemiskinan dan putus sekolah serta kesehatan bagi warga Jakarta.
SRI MULYATI
Kampung Pertanian Utara Nomor 56 RT 001 RW 001, Duren Sawit, Jakarta
dikutip dari: Kompas, REDAKSI YTH, Minggu, 17 Februari 2008

Tidak ada komentar: