23 April 2008

UJIAN NASIONAL, Soal Rusak Masih Ditemukan

KOMPAS/LASTI KURNIA / Kompas Images
Wijaya (kiri) dan Arief, penyandang tuna netra, bergegas menuju ruang ujian untuk mengikuti ujian nasional di SMAN 66, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta, Selasa (22/4). Peserta ujian yang berkebutuhan khusus mendapatkan hak yang sama untuk mengikuti ujian nasional dan sama-sama berjuang dalam tiga hari pelaksanaan ujian nasional yang menjadi puncak hasil belajar selama tiga tahun.
Rabu, 23 April 2008 | 01:44 WIB

Jakarta, Kompas - Secara umum penyelenggaraan ujian nasional untuk tingkat SMA/SMK sederajat pada tahun ini, yang berlangsung mulai Selasa (22/4), lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Belum ada laporan kebocoran soal meskipun masih ditemukan soal rusak dan kekurangan soal sehingga cukup mengganggu penyelenggaraan UN.

Di Solo, misalnya, soal ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia di beberapa sekolah rusak. Sebagai gantinya, soal tersebut difotokopi atas persetujuan Tim Pemantau Independen dan Panitia Rayon Ujian Nasional (UN) Kota Surakarta.

Soal UN rusak ditemukan, antara lain, di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1, SMK 5, dan SMA Yosodipuro. Jumlah soal yang rusak terbanyak ditemukan di MAN 1. Kebanyakan pada soal tipe A. Menurut Wakil Kepala MAN 1 Ali Muchson, lebih dari 100 murid menerima soal dengan beberapa halamannya rusak tidak terbaca karena tinta yang melebar atau bacaan yang terputus.

"Soal tidak terbaca atau bacaan tidak selesai tercetak terlihat pada 10 soal, seperti soal nomor 3, 5, 6, 7, 19, 36, 37, 46, 47, dan 48," kata Ali.

Dari 17 ruang yang digunakan untuk ujian, hanya dua ruang yang tidak ditemukan soal rusak. Sebagian siswa kemudian menerima fotokopi dari soal yang tidak rusak.

Di Salatiga, Jawa Tengah, Tim Pemantau Independen menemukan satu soal ujian nasional Bahasa Indonesia paket B untuk SMA masih belum sempurna sehingga menyebabkan siswa kesulitan memahami pertanyaan. Oleh karena itu, panitia ujian nasional pusat diminta membenarkan semua jawaban dari pertanyaan tersebut.

Menurut Koordinator Tim Pemantau Independen Kota Salatiga Umbu Rauta, soal tidak jelas ini dikeluhkan sejumlah siswa di beberapa sekolah di Kota Salatiga. Soal nomor lima mata pelajaran Bahasa Indonesia paket B ini beberapa kata di akhir pertanyaan hilang.

"Siswa yang memahami pertanyaan boleh jadi bisa menjawabnya, tetapi ada pula yang tak bisa menangkap maksud soal ini. Kami sudah merekomendasikan agar semua jawaban untuk nomor ini dibenarkan agar tidak ada siswa yang dirugikan," ujarnya.

Listrik padam

Di Samarinda, Kalimantan Timur, saat UN tengah berlangsung tiba-tiba listrik padam sehingga siswa kesulitan membaca dan mengerjakan soal.

"Kami sudah minta PLN agar jangan ada pemadaman saat UN berlangsung sebab akan mengganggu siswa," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Samarinda Mugni Badaruddin.

Di sejumlah sekolah, pihak sekolah terpaksa menyalakan genset. "Listrik padam cuma 30 menit, tetapi memaksa kami menghidupkan mesin yang suaranya mengganggu siswa berkonsentrasi," kata Kepala SMK Negeri 1 Samarinda Suwar.

Di Bandung, pelaksanaan UN diwarnai sejumlah persoalan menonjol, antara lain masih munculnya pelanggaran terhadap pedoman operasional standar (POS) UN, peredaran kunci jawaban yang diduga palsu di kalangan siswa, dan kesalahan isi naskah soal.

Pelanggaran terhadap POS UN yang diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2007 dan Keputusan Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Nomor 984/BSNP/XI/2007, khususnya soal kehadiran guru bidang studi saat mata pelajaran terkait, dilakukan. Kemarin, misalnya, masih ditemukan guru bidang studi terkait yang mengawasi UN. Padahal, aturan melarang mereka berada di lingkungan sekolah, apalagi mengawas.

Terungkap pula beredarnya kunci jawaban UN melalui layanan pesan singkat (SMS) di sejumlah sekolah. Menurut penuturan sejumlah siswa, kunci jawaban itu beredar sebelum pelaksanaan ujian. Di dalamnya berisi kunci jawaban soal Matematika dan Bahasa Indonesia dalam dua tipe.

Presiden Asosiasi Guru Matematika Indonesia Firmansyah Noor belum mau terburu-buru memastikan kunci jawaban itu palsu atau tidak. Kepastiannya itu akan diperoleh dari hasil pemeriksaan soal ujian. Jika hasilnya nanti cocok, patut diyakini bahwa itu merupakan bentuk kebocoran soal.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dadang Dally jauh-jauh hari telah memperingatkan potensi beredarnya kunci jawaban palsu yang dapat mengecoh siswa. Peristiwa macam ini juga terjadi tahun lalu.

Di Sekolah Luar Biasa Negeri A Bandung, pelaksanaan ujian sempat molor 30 menit lebih dari jadwal semestinya sebab lembar soal ujian Bahasa Indonesia ternyata tertukar dengan lembar Bahasa Inggris. Kondisi itu sempat membuat panik peserta ujian. Beruntung, kedua naskah ujian ada pada panitia sehingga cepat diantisipasi.

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pendistribusian soal-soal UN ke sejumlah sekolah kurang berjalan lancar. Itu terindikasi dari kurangnya jumlah soal mata pelajaran Matematika dibandingkan dengan jumlah peserta UN.

Di SMAN Mujur, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah, menurut kepala sekolahnya, Lalu Masri, kekurangan enam eksemplar soal Matematika untuk siswa jurusan IPS. Kepala Dinas Pendidikan Lombok Barat HM Uzair mengakui adanya kekurangan tersebut. (TIM KOMPAS)

Tidak ada komentar: