28 April 2008

Antre di Pegadaian demi Kelangsungan Sekolah Anak

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO / Kompas Images
Oji (kiri) menerima penjelasan dari petugas Pegadaian Kantor Cabang Pasar Senen, Jakarta Pusat, saat menggadaikan barang miliknya, Kamis (24/4).
Senin, 28 April 2008

NELI TRIANA dan M CLARA WRESTI

Puluhan nasabah mengantre mengagunkan barang berharga milik mereka di Pegadaian Pasar Senen, Jalan Senen Raya, Jakarta Pusat, Kamis (24/4). Kali ini banyak warga turut antre demi kelangsungan sekolah putra-putri mereka.

Padahal, pegadaian ini biasanya lebih banyak melayani nasabah yang ingin menambah modal usahanya.

Di Pegadaian Kampung Ambon, Jakarta Timur, Ira (40), seorang warga Utan Kayu, Jakarta Timur, menggadaikan beberapa perhiasannya. ”Buat keperluan sekolah,” kata Ira, yang menggadaikan 22 gram perhiasannya.

Dari perhiasan seberat itu, Ira mendapatkan dana segar sebesar Rp 4,7 juta. Uang ini bukan untuk membayar uang masuk sekolah, tetapi untuk membayar uang sekolah bulanan dan juga keperluan sekolah lainnya.

”Suami saya bekerja di luar kota. Bulan ini ia belum mengirimkan uang, terpaksa saya menggadaikan emas saya,” kata Ira memberikan alasan.

Ira mengatakan, ia membutuhkan dana tambahan karena kebutuhan sekolah anak-anaknya juga bertambah. ”Anak saya yang duduk di kelas III SMA harus ujian. Ia harus membayar uang ujian. Lalu, nanti harus menebus buku tahunan. Belum lagi uang pesta perpisahan dan acara-acara lainnya,” kata Ira.

Beban Ira bertambah berat karena anak bungsunya yang duduk di taman kanak-kanak (TK) banyak acara, termasuk untuk perpisahan. ”Anak TK sekarang ada acara wisuda. Lalu, ada studi tur sekalian perpisahan. Jadi, uang ini saya butuhkan untuk membayar kegiatan di luar kebutuhan sekolah rutin,” kata Ira.

Menurut Irianto, Manajer Komunikasi Perusahaan Perum Pegadaian, meningkatnya jumlah nasabah menjelang tahun ajaran baru sudah rutin setiap tahunnya. ”Kenaikannya mencapai 10-20 persen dibanding bulan-bulan biasa. Kucuran dana Pegadaian melonjak Rp 200 miliar-Rp 300 miliar,” kata Irianto.

Ia menambahkan, jumlah dana yang digulirkan untuk para nasabah Pegadaian mencapai Rp 2 triliun per bulan untuk sekitar 16 juta nasabah di seluruh Indonesia. Sebanyak Rp 500 miliar per bulan terserap hanya di DKI Jakarta dengan jumlah nasabah 5 juta-6 juta orang. Pada tahun ajaran baru, kucuran dana untuk DKI mencapai Rp 700 miliar.

Data dari Perusahaan Perum Pegadaian menunjukkan, pinjaman nasabah, baik untuk tambahan modal usaha maupun untuk biaya sekolah, rata-rata antara Rp 1 juta dan Rp 50 juta. Perputaran uang cukup cepat karena sebagian besar nasabah mampu mengembalikan pinjaman dalam waktu satu-tiga bulan saja, termasuk membayar bunga sebesar 0,75-1,3 persen per 15 hari.

”Orang menggadaikan barang, saat ini bukan lagi indikasi kemiskinan. Mereka pinjam uang yang nilainya setara, bahkan lebih murah dari barang berharga yang dimiliki. Makin banyak nasabah pegadaian, itu indikasi perekonomian kawasan di sekitarnya makin meningkat,” kata Irianto.

Hal senada diungkapkan Kepala Pegadaian Cabang Kampung Ambon Pudji Rahayu. Menurut dia, hanya orang yang mempunyai barang berharga yang bisa meminjam di pegadaian. ”Saya pernah mendapatkan nasabah yang meminjam uang karena mendadak beli mobil. Hal seperti ini tidak akan terjadi pada masyarakat ekonomi lemah,” kata Pudji.

Ia mencontohkan, ketika ia bertugas di Pegadaian Cabang Teluk Gong, omzet dana yang dipinjam masyarakat sangat rendah karena pegadaian itu terletak di permukiman nelayan. ”Yang meminjam hanya nelayan yang akan berlayar dan butuh modal untuk membeli bahan bakar dan bekal selama berlayar. Jumlahnya tidak banyak dan emas yang digadaikan juga sebagian emas muda,” tutur Pudji.

Christina Siregar (39), pemilik kios baju bekas di Pasar Senen, mengatakan, ia hampir setiap tiga-enam bulan sekali bertandang ke Pegadaian. Dengan mengagunkan perhiasan emasnya, ia mendapatkan uang tunai untuk menyuntik modal usaha jual beli baju bekas.

”Mei atau Juni nanti juga akan menggadaikan sebagian perhiasan emas untuk membayar bea masuk sekolah anak kedua saya. Rencananya, ia mau masuk SMP negeri di dekat rumah kami di Bekasi Timur, butuh dana sekitar Rp 5 juta. Daripada menggunakan uang modal usaha, lebih baik gadai emas dulu,” kata Christina.

Kenaikan jumlah nasabah menjelang tahun ajaran baru sudah menjadi tradisi di Pegadaian sejak 15-20 tahun lalu. Bahkan, uang yang dikucurkan jauh lebih banyak daripada menjelang Lebaran atau peralihan musim tanam, panen, atau paceklik.

Menurut Irianto, ini mungkin berbanding lurus dengan kesadaran sebagian warga Indonesia akan pentingnya pendidikan.

Tidak ada komentar: