21 April 2008

Animasi Lebih Mudah Dipahami Dalam Metode Belajar

Kompas, Senin, 21 April 2008, SEMARANG - Metode belajar visual menggunakan animasi harus segera dikembangkan di Indonesia. Dengan melihat animasi, pelajaran atau ilmu pengetahuan umum yang disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan diingat oleh peserta didik.

Hal itu disampaikan Ketua Sinergi Biro Perencanaan dan Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional Didik Sulistyanto saat membuka Festival Game Edukasi dan Animasi Indonesia 2008 Putaran Ke-2 di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Semarang, Sabtu (19/4).

Menurut dia, selama ini siswa di sekolah sering kesulitan menangkap pelajaran karena modal pembelajaran mereka hanya buku. ”Dengan metode animasi, ilmu pengetahuan akan tampak hidup dan mudah diserap,” kata Didik.

Menurut Didik, pelajaran seperti ilmu pengetahuan alam, eksakta, atau materi kuliah seperti anatomi, pengenalan mesin, akan lebih mudah dan efisien disampaikan dalam bentuk animasi. Jadi, manfaat animasi bukan semata untuk hiburan seperti yang ada di televisi, tetapi juga untuk pendidikan.

”Namun, tampaknya animasi di Indonesia tertinggal jauh dengan perkembangan animasi di Jepang, Taiwan, Thailand, dan China. Untuk itu, teknologi pembuatan animasi harus diperkenalkan sejak dini lewat sekolah atau pendidikan nonformal lain,” kata Didik.

Dalam kualitas gambar, katanya, pelukis Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan negara lain, tetapi soal membuat animasi masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.

Menurut Didik, pada Mei 2008 ia akan mengajak beberapa siswa sekolah menengah kejuruan ke Bangkok, Thailand, untuk membuka peluang animasi Indonesia di tingkat ASEAN. Ia mengatakan, sekolah menengah kejuruan berstandar internasional harus mulai diberdayakan untuk membuat animasi.

Festival Game Edukasi

Mengenai Festival Game Edukasi dan Animasi Indonesia 2008, Rektor Udinus Edi Noersasongko mengatakan, respons dari para pelajar dan mahasiswa melampaui target. ”Target peserta hanya 150, ternyata yang mendaftar 205 siswa,” kata Edi.

Festival ini merupakan bagian dari keseluruhan aktivitas yang sama yang dilakukan bergiliran di Poliseni Yogyakarta, Udinus Semarang, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, dan Institut Teknologi Bandung.

Menurut Edi, banyaknya televisi di Indonesia, 96 lokal dan 12 nasional, merupakan modal pengembangan animasi. ”Animasi merupakan ladang ide yang tidak akan pernah habis. Karena itu, mulai sekarang kita harus mengembangkan sumber daya manusia yang bergulat dengan animasi secara lebih serius,” kata Edi. (A08)

Tidak ada komentar: