31 Maret 2008

Sekolah Roboh

Sekolah Roboh



Mengenaskan. Begitulah dunia pendidikan kita. Bukan cuma kualitas pendidikan yang mengenaskan, tapi juga infrastruktur bangunan. Sudah ratusan sekolah roboh di negeri ini.

Terakhir dua hari silam, sebuah sekolah dasar roboh. Bukan di pinggiran kota, bukan pula di pelosok, tapi di Bandung. Sekali lagi Bandung, sebuah kota metropolitan yang sarat dengan orang-orang pintar. Robohnya sekolah yang melukai puluhan siswa dan guru itu juga bukan yang pertama di ibu kota Jawa Barat itu. Pada Maret ini saja tercatat ada empat sekolah roboh. Entah ada berapa belas atau berapa puluh sekolah lagi yang terancam ambruk.

Sekolah roboh juga bukan monopoli Bandung. Hampir di seluruh wilayah di Indonesia, sekolah roboh selalu terjadi. Di Pandeglang, Tangerang, Jakarta, Semarang, Medan, Bekasi, semua ada sekolah yang ambruk. Tak terhitung berapa murid yang terluka, baik ringan maupun berat.

Dan, jangan salah, tidak semua sekolah yang ambruk itu bangunan lama. Ada satu sekolah yang baru diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono enam bulan sebelumnya ambruk. Peristiwa terakhir di Bandung itu adalah sekolah yang baru selesai dibangun Desember lalu, jadi praktis baru tiga bulan.

Kondisi tersebut mencerminkan bahwa kepedulian pemerintah, entah itu pemerintah pusat maupun daerah, masih rendah terhadap dunia pendidikan. Jangankan terhadap materi pelajaran, terhadap nyawa anak sekolah pun abai. Robohnya sekolah, apalagi jika itu bangunan baru, bisa dipastikan menunjukkan ketidakberesan dalam infrastruktur bangunan. Bangunan didirikan asal-asalan, tidak memedulikan keselamatan orang lain dan masa depan anak didik.

Kontraktor biasanya bermain mata dengan aparat. Spesifikasi bangunan diturunkan, selain agar margin keuntungan besar juga karena harus menyisihkan upeti yang tidak sedikit kepada pejabat yang berwenang. Kongkalikong yang semestinya bukan zamannya lagi. Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih serius tentang masalah ini. Jangan hanya ribut ketika ada sekolah ambruk dan koran-koran memberitakan.

Bagaimanapun sekolah adalah lambang atau simbol kemajuan sebuah bangsa. Ketika lambang itu teraniaya, itu menandakan bahwa pendidikan di negara tersebut masih rendah. Itu pula yang bisa kita lihat dalam kasus ini. Dunia pendidikan kita jauh tertinggal dibanding dengan negara tetangga, yang bahkan dulu sempat berguru di negeri ini. Sudah puluhan tahun pendidikan terabaikan, termasuk anggaran belanja untuk pendidikan yang masih rendah.

Kejadian di Bandung harus menjadi cambuk bagi kita untuk segera berbenah terhadap keselamatan dan kenyamanan bagi anak didik kita. Sudah banyak korban luka, baik ringan maupun luka berat. Tentu tidak perlu sampai menunggu jatuhnya korban nyawa. Saat ini masih ada ratusan bahkan mungkin ribuan gedung sekolah yang kondisinya mengkhawatirkan, baik sekolah negeri maupun swasta. Di kota-kota besar saja banyak yang mengkhawatirkan, apalagi di daerah pelosok yang jarang dikunjungi.

Kondisi seperti ini semestinya menjadi salah satu prioritas bagi pemerintah untuk segera merenovasi dan membenahi. Perlu alokasi anggaran khusus untuk pembenahan infrastruktur pendidikan. Masa depan sebuah bangsa ditentukan oleh pendidikan saat ini. Karena itu, pembangunan pendidikan tidak boleh terlena sedikit pun. Pembangunan pendidikan ternyata memang tidak hanya pada sistem dan materi pelajaran, tetapi juga bangunan fisik. Tanpa bangunan fisik yang memadai, pendidikan juga tidak akan berjalan dengan baik. Bahkan, bisa memakan korban.

Tidak ada komentar: