SURABAYA, KOMPAS - Sejumlah rektor perguruan tinggi di Jawa Timur yang dulu tergabung dalam Panitia Pusat Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasional akan mengusulkan konsep tersebut dalam Rapat Kerja Panitia Nasional Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru yang kini bernama Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Menurut Rektor Universitas Negeri Surabaya yang juga Sekretaris Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNM PTN), Haris Supratno, persiapan Panitia Pusat Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) untuk seleksi sebelum bergabung menjadi SNM PTN telah hampir sempurna.
”Kami tinggal melakukan langkah-langkah pemantapan,” katanya setelah rapat pemantapan seleksi penerimaan mahasiswa baru di Universitas Negeri Malang, Minggu (30/3).
Hasil kerja yang terselesaikan antara lain struktur kepanitiaan, alur penggunaan dana, dan standar operasional prosedur. Soal seleksi yang terbagi dua jalur, yaitu prestasi dan akademik, kini sedang dalam tahap pembuatan kisi-kisi.
Menurut Haris, tidak ada perubahan dari hasil kerja yang disetujui bersama ke-41 rektor yang sepakat melepaskan diri dari Perhimpunan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (PSPMB). Sementara itu rapat kerja resmi panitia SNM PTN akan berlangsung pekan depan.
”Semua hasil kerja itu akan kami ajukan dalam rapat panitia SNM PTN yang pertama sehingga panitia SNM PTN tak perlu bekerja dari nol,” kata Haris.
Haris menyatakan lega bahwa akhirnya seleksi penerimaan mahasiswa baru tetap terlaksana dalam satu koordinasi secara nasional. ”Memang ini yang kami inginkan dari semula, yaitu penyelenggaraan seleksi mahasiswa baru yang tetap menjunjung kebersamaan dan sesuai dengan undang-undang,” kata Haris.
Sistem SNM PTN merupakan sistem seleksi baru di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Alur dana yang selama ini menjadi sumber perbedaan telah disepakati. Dana lebih dahulu masuk ke kas negara baru kemudian digunakan setiap rektor untuk pendanaan bersama. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Fasli Jalal menjabat Ketua Umum SNM PTN.
Potensi akademik
Pembantu Rektor II IAIN Sunan Ampel Nur Syam mengemukakan, panitia SPMB untuk PTN akan menggunakan tes potensi akademik (TPA). Komponen tes itu mulai digunakan tahun ini.
Menurut Nur, TPA dipakai karena, pertama, metode seleksi reguler dinilai sudah tidak mampu lagi menghasilkan calon yang benar-benar layak. ”Tak sedikit mahasiswa yang lolos seleksi karena hafal pola soal dan jawaban,” katanya, Sabtu.
Pola SPMB lebih menekankan pelatihan soal secara intensif, tetapi tidak mendalami materi. ”Pelajar hanya disiapkan lulus seleksi, namun tidak disiapkan untuk mengikuti perkuliahan,” katanya. Akibatnya, tidak sedikit mahasiswa gagal kuliah meski nilai SPMB-nya bagus. Mereka akhirnya menjadi lulusan tidak bermutu. ”Tidak sedikit dosen mengeluhkan rendahnya kualitas mahasiswa baru. Kalau SPMB benar-benar sesuai, tentu keluhan itu tak banyak,” ujarnya.
Nur mengatakan, kondisi itu ingin ditekan dengan pelaksanaan TPA. ”Tes ini tak bisa disiasati dengan pelatihan. Kalau memang kapasitasnya tidak sesuai standar, ya tidak lolos,” ujarnya. (A10/RAZ)-- Kompas, 31/3/2008
31 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar