JAKARTA, KOMPAS.com - Paparan sejarah harus diberi makna kendatipun itu adalah sejarah mengenai perlawanan yang bermakna negatif karena bisa dipelajari cara mengemas negatif menjadi positif. Pembelajaran sejarah saat ini harus semakin kreatif.
Demikian diungkapkan Guru Besar Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Prof S Hamid Hasan, ditemui di acara Diskusi Publik Nasional: Mengkaji Ulang Peranan Pendidikan Sejarah, Jumat (12/11/2010), di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
"Dasar-dasar belajar sejarah itu ada di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Dengan kemampuan belajar siswa, kemampuan berpikir siswa, serta rasa ingin tahunya, siswa bisa mempelajari sejarah," lanjut Hamid.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Ratna Hapsari mengatakan, belajar sejarah di kelas sering kali membuat siswa mudah bosan dan mengantuk. Hal itu terjadi karena proses pembelajarannya memakai metode menghafal. Untuk itu, salah satu cara agar pelajaran Sejarah tidak membosankan, guru Sejarah harus bisa melihat perkembangan zaman siswa.
"Dengan begitu, metode pembelajaran yang disampaikan juga lebih modern dan guru juga harus banyak membaca. Terakhir, pelajaran Sejarah bisa diaplikasikan lewat kehidupan sehari-hari," ungkap Ratna.
Terkait itu, lanjut Ratna, AGSI meluncurkan Jurnal Pendidikan Sejarah Edisi Pertama. Untuk tujuan tersebut, AGSI menggandeng elemen masyarakat yang peduli pada pendidikan sejarah.
"Diharapkan kami bisa mengembangkan jurnal ini dan terbit secara rutin tiga bulan sekali," ujar Ratna.
"Bagi guru-guru sejarah yang ingin berbagi pengalaman mengenai metode belajar sejarah atau apapun itu bisa mengirimkannya kepada kami," lanjut dia.
http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/13/10593592/Guru.Harus.Melihat.Perkembangan.Zaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar