14 Juni 2010

Razia Telepon Seluler Tindakan Tidak Bijak

Pemerintah Selalu Reaktif dalam Menghadapi Persoalan

Ahli pendidikan Arief Rachman berpendapat, razia telepon seluler milik pelajar terkait peredaran video porno tak akan efektif. Cara itu tak sesuai dengan pendekatan untuk pendidikan moral yang terdiri dari lima jenjang. Razia adalah cara terakhir apabila ingin dilakukan.

Pendapat hampir senada datang dari psikolog Tika Bisono. Tika menyatakan, pemerintah selalu bersikap reaktif dan tak memiliki sifat antisipatif terhadap persoalan yang sebenarnya bukan hal baru itu.

Arief Rachman dan Tika Bisono dihubungi Minggu (13/6) untuk menanggapi peredaran video porno mirip artis Ariel-Luna- Cut Tary di tengah masyarakat.

Dengan nada keras, Tika bahkan mempertanyakan, mengapa pihak yang mengunduh (downloader) justru yang menjadi sasaran razia. Bagaimana dengan pihak yang menyebarluaskannya lewat jaringan internet, dan perilaku kalangan artis yang acap kali memunculkan masalah seperti itu.

Arief menyatakan, ada lima cara atau pendekatan yang harus dilakukan dalam pendidikan moral. Informasi mengenai hal baik dan buruk, edukasi sehingga anak bisa berpikir untuk melakukan hal baik, penanaman nilai lewat cara alternatif, seperti olahraga, permainan, rehabilitasi, serta langkah terakhir represif (hukuman), misalnya, merazia.

Berkaitan dengan video porno tersebut, Dinas Pendidikan DKI Jakarta mulai melancarkan razia telepon seluler di sekolah menengah. Sekolah tempat Arief sekarang menjadi penasihat (Yayasan Pendidikan Diponegoro) pun melakukannya, tetapi ia memilih cara berbeda bagi siswa berlainan jenjang.

Untuk siswa SMP, pihak sekolah perlu berbicara dari anak ke orangtua, sedangkan untuk jenjang SMA, sekolah hanya mengingatkan bahwa mereka tak perlu memiliki rekaman video itu. "Saya berbicara kepada siswa SMA dan SMK bahwa akan ada razia HP, tetapi jika memang memiliki rekaman tersebut, lebih baik mereka hapus sendiri," ujar Arief Rachman.

Upaya merazia menjadi terapi kejut bagi siswa SMP, tetapi jika pendidikan karakter dan moral tak dimulai dari awal (informasi, edukasi, dan lainnya), razia itu tak akan efektif.

"Anak-anak kan masih mencari jati diri pada zaman teknologi serba maju dan cepat berkembang. Sebaiknya lakukan intervensi yang tepat agar mereka sendiri memiliki kesadaran untuk tidak memiliki rekaman itu. Bukan karena takut atau dipaksa," lanjutnya.

Sementara itu, Tika justru mempertanyakan langkah pemerintah yang tak segera memblokir akses masyarakat umum, terutama usia pelajar ke situs berbau porno dan kelompok yang sengaja menyebarkan video porno. "Kementerian Kominfo sudah seberapa jauh sidak ke pengelola warnet, misalnya."

Pemerintah memakai logika terbalik dalam menyikapi video porno dan tak mencerminkan kepemimpinan yang baik. Ia mengungkapkan rasa heran atas tindakan pihak berwenang di Indonesia yang berdiam diri menghadapi peredaran video porno untuk yang kesekian kalinya.

"Di negara liberal seperti Amerika Serikat saja, aturan tentang akses terhadap situs porno, dan minuman keras, amat keras karena itu soal amat serius. Namun, bagaimana dengan negara kita?" ujar Tika. (TRI)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/14/05200284/razia.telepon.seluler.tindakan.tidak.bijak

Tidak ada komentar: