04 Mei 2010

Pendidikan Luar Negeri; Mereka Menyiapkan Masa Depan

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU
Ruang terbuka hijau di kampus dimanfaatkan untuk tempat berdiskusi. Pada musim panas, mahasiswa senang berkumpul dan berdiskusi di ruang terbuka hijau yang dipenuhi rumput dan dinaungi pepohonan, seperti di salah sudut di Universitas Queensland, Brisbane, beberapa waktu lalu

BELAJAR
Mereka Menyiapkan Masa Depan

 Tonny D Widiastono

Beberapa waktu lalu, sejumlah televisi di Indonesia menyiarkan perjalanan seorang artis ke Australia. Tentu saja sang artis pergi ke Australia bukan untuk belajar, tetapi sekadar jalan-jalan, menenangkan hati yang sedang dilanda badai rumah tangga.

Begitulah, Australia sering kali hanya dipandang sebagai tempat untuk jalan-jalan, wisata, atau sekadar belanja. Padahal, di negeri seluas lebih dari 7,6 juta kilometer persegi itu, terdapat lebih dari 10.000 siswa-siswi Indonesia yang sedang menempuh ilmu di sana. Siswa-siswi Indonesia itu tersebar di delapan negara bagian Australia. Ya, mereka sedang menyiapkan masa depan.

Australia yang juga dikenal sebagai Negara Persemakmuran Australia (Commonwealth of Australia) merupakan sebuah negara di belahan bumi selatan yang juga menjadi nama benua terkecil di dunia. Wilayah Australia mencakup Benua Australia dan beberapa pulau di sekitarnya, terserak di Samudra Hindia Selatan dan Samudra Pasifik.

Negara tetangga Australia di sebelah utara adalah Papua Niugini, Timor Leste, dan Indonesia. Di sebelah timur laut bertetangga dengan Pulau Solomon, Vanuatu, dan di sebelah tenggara bertetangga dengan Selandia Baru. Di bagian barat, Australia tidak memiliki tetangga karena menghadap laut lepas.

Banyak hal menarik bisa ditelusuri dari Benua Australia. Selama lebih dari 40.000 tahun, benua yang bagian tengahnya kering itu telah didiami penduduk asli. Namun, Inggris kemudian mengakui bagian timur Australia tahun 1770, dan dijadikan koloni bagi para terhukum pada 26 Januari 1788. Sepanjang abad ke-19, satu per satu koloni tumbuh, jumlah penduduk pun bertambah. Mereka umumnya tinggal terpusat di kota-kota sepanjang garis pantai, seperti Sydney, Melbourne, Brisbane, Adelaide, dan Perth. Secara resmi, nama Australia—sebagai nama benua—digunakan oleh Inggris pada tahun 1824 meski sepuluh tahun sebelumnya nama itu sudah dimunculkan Matthew Flinders dalam buku A Voyage to Terra Australis.

Kini Australia sudah berkembang menjadi negara dalam satu benua. Di dalam Benua Australia itu ada delapan negara bagian, terdiri dari state (negara bagian) dan territory (wilayah khusus). Kedelapan negara bagian dan wilayah khusus itu adalah New South Wales (NSW) dengan kota Sydney; Queensland (QLD) dengan kota Brisbanne; Australia Selatan (South Australia/SA) dengan kota Adelaide; Tasmania (TAS) dengan kota Hobart; Victoria (VIC) dengan kota Melbourne; Australia Barat (Western Australia/WA) dengan kota Perth; Australia Utara (Northern Territory (NT) dengan kota Darwin; dan Australian Capital Territory (ACT) dengan kota pemerintahan Canberra, sekaligus sebagai ibu kota Australia.

Tujuan pendidikan

Dalam perkembangannya, Australia kini tidak hanya menjadi tempat wisata untuk mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi salah satu tujuan pendidikan, terutama bagi putra-putri Indonesia.

"Saya sengaja memilih Monash University untuk anak saya. Dan itu sudah saya siapkan lama," ujar Chandra, saat mengantar putrinya yang akan kembali ke Melbourne untuk melanjutkan kuliah setelah berlibur beberapa bulan di Jakarta.

"Haruskah pendidikan itu dilakukan di luar negeri?" tanya Kompas.

"Saya ingin agar anak saya bisa menjadi manusia yang berwawasan luas, menjadi manusia internasional. Dengan belajar di luar negeri, mau tidak mau anak saya akan bergaul dengan banyak orang dari berbagai bangsa dengan latar belakang budaya yang beragam pula. Kebetulan, anak saya mengambil Hubungan Internasional," jawab Chandra.

"Tidak takut dan kasihan mengirim putri jauh dari keluarga," lanjut Kompas.

"Apa yang harus ditakuti? Justru di Melbourne situasi dan kondisinya lebih aman. Apa yang ditakuti? Aman kok. Soal kasihan? Ya, awalnya berat juga berpisah. Tetapi, lama-lama saya dan istri menyadari, meski berat, jalan ini harus ditempuh," lanjut Chandra.

Tak lama kemudian, putri Chandra berpamitan. Sang ibu memeluknya erat-erat, seolah tak ingin melepas anaknya pergi. Aneka pesan pun dibisikkan dan air mata pun berlelehan. "Sudahlah, jangan dihambat perjalanan anak kita. Biarkan dia menyiapkan masa depannya," hibur Chandra kepada istrinya.

Suasana mengharukan itu hampir selalu muncul di Bandar Udara Soekarno-Hatta pada pertengahan hingga akhir Februari. Di saat itulah banyak putra-putri Indonesia yang setelah pulang berlibur harus kembali ke Australia untuk meneruskan pendidikannya.

Perlu pertimbangan

Sebelum mengirim putra-putrinya belajar ke luar negeri, banyak orangtua harus membuat pertimbangan sekaligus perhitungan yang matang. Berbagai pertimbangan itu, antara lain situasi kota, kebudayaan, biaya, jarak, dan program keterampilan atau strata-1 yang akan diambil. Situasi di kota (besar) yang sering terasa "terlalu" sibuk dibanding situasi kota (kecil) yang tenang tentu memberi pengaruh amat besar bagi mahasiswa dalam membangun suasana belajar. Belum lagi masalah budaya. Adakah kebudayaan yang tumbuh di kota tujuan cocok dengan kebudayaan yang dimiliki calon mahasiswa?

Masalah lain yang tidak kalah penting adalah biaya. Masalah biaya perlu diperhitungkan matang, perlu mendapat tekanan dan perhatian lebih, mengingat banyak mahasiswa Indonesia terpaksa "pulang kampung" sebelum studi selesai. Contoh paling nyata adalah banyaknya mahasiswa Indonesia terpaksa "pulang kampung" sebelum studi usai saat krisis ekonomi menerpa negeri ini tahun 1998. Perhitungan yang meleset mengakibatkan para mahasiswa harus merelakan cita-citanya kandas di tengah jalan.

Pemalu

Berbagai pertimbangan inilah yang sering diutarakan oleh para konsultan saat mereka menggelar pemeran pendidikan luar negeri di Jakarta dan berbagai tempat.

"Memang, Australia sampai sekarang masih menjadi salah satu tujuan pendidikan bagi siswa-siswi dari Indonesia," tambah Gianti Atmodjo, pengelola jasa konsultasi pendidikan Aspectama.

Selain berbagai pertimbangan itu, para pengelola jasa konsultasi pendidikan biasanya juga memberikan penjelasan terkait program studi dan jenjang pendidikan yang akan ditempuh. Apakah calon akan mengambil program keterampilan seperti politeknik yang di Australia dikenal sebagai Technical and Further Education (TAFE) atau mengambil program sarjana (S-1) atau program pascasarjana guna meraih gelar graduate certificate, graduate diploma, master (Mba), atau doctorate (misalnya PhD).

Kini diperkirakan ada 10.000-12.000 putra-putri Indonesia yang sedang menempuh ilmu di Negeri Kanguru itu. Mereka akan bercampur baur dengan para mahasiswa lain dari seluruh penjuru dunia, seperti Asia, Afrika, Amerika, Eropa, dan kawasan Pasifik. Melihat besarnya minat orang untuk belajar ke Australia membuat pemerintah setempat mengembangkan dunia pendidikan.

Bila ditanya, mengapa Australia masih menjadi salah satu pilihan utama untuk belajar bagi putra-putri Indonesia? Kini di Australia ada 40 universitas dan berbagai lembaga pendidikan akademis atau pelatihan profesional yang sudah teruji dan terakreditasi secara internasional. Para calon mahasiswa dapat mengikuti pendidikan akademis atau pelatihan profesional dalam ratusan bidang studi yang terus berkembang seiring perkembangan zaman.

Selain itu, universitas di Australia juga memiliki program yang mendukung proses belajar berkesinambungan dengan menawarkan aneka kursus atau pelatihan singkat. Hal ini dimaksudkan agar para profesional bisa memperbarui dan menyesuaikan keahliannya dengan perkembangan zaman.

Dan yang paling penting bagi seluruh mahasiswa adalah tuntutan untuk berperan aktif dalam semua proses belajar mengajar. Pelajar dan mahasiswa dari Indonesia dikenal pemalu bila harus tampil dalam diskusi-diskusi terkait pelajaran. Penyebabnya, selain kendala bahasa, orang Indonesia tidak terbiasa melakukan diskusi atau debat. Takut dinilai tidak sopan. http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/04/05050121/mereka.menyiapkan.masa.depan


BUDAYA
Ini Australia atau Indonesia?

Anda pernah ke Perth? Di kawasan seluas 5.386 kilometer persegi ini, banyak tempat yang mirip di Indonesia. Meski bahasa resmi adalah bahasa Inggris, tetapi di beberapa tempat akan sering terdengar orang berbicara dengan bahasa Indonesia. Keadaan ini sering membuat kita bertanya-tanya, "Kita sedang berada di Australia atau di Indonesia?" Hal itu bisa terjadi karena banyaknya warga Indonesia yang berada di sana. Mereka ada yang datang untuk belajar, tetapi juga ada yang pindah dari Indonesia karena mendapatkan PR (permanent resident)

Perth adalah ibu kota Negara Bagian Australia Barat. Meski bukan kota terbesar, Australia Barat termasuk kota terbesar keempat di Australia. Kota Perth sendiri terletak di pantai barat. Semula Perth adalah ibu kota koloni Sungai Swan yang berdiri tahun 1829. Pada tahun 1850, Perth sempat dijadikan tempat penampungan narapidana untuk dipekerjakan. Nama Perth sendiri berasal dari Perthshire.

Banyaknya orang Indonesia tinggal di Perth membuat banyak perusahaan penerbangan membuka jalur "khusus" dari Perth ke Indonesia, entah melalui Denpasar atau langsung ke Jakarta. Selain perusahaan penerbangan Garuda, AirAsia juga mulai membuka jalur Perth–Denpasar, Jakarta. Tak ketinggalan perusahaan penerbangan dari Australia, Jetstar, juga membuka jalur yang sama.

Sebagai bandar udara internasional, Bandar Udara Perth terletak di sebelah selatan Guildford, Australia Barat, dan merupakan bandara komersial utama di wilayah itu.

Sebagai bandara internasional, Bandar Udara Perth termasuk lapangan udara tersibuk keempat di Australia. Letaknya di sebelah barat membuat Bandara Perth memiliki peran strategis karena melayani banyak rute dari Australia ke Asia; Samudra Hindia dan Johannesburg, Afrika Selatan; dan Dubai, Uni Emirat Arab.

Jarak antara bandara internasional dengan kota Perth adalah 17 kilometer. Adapun jarak dua terminal domestik yang berdampingan dengan bandara internasional dengan kota Perth adalah 12 kilometer. Jadi, terminal 1 adalah terminal internasional yang melayani rute penerbangan internasional. Terminal 2 untuk penerbangan domestik khusus buat Qantas, Jetstar, dan QantasLink. Adapun terminal 3 yang dulu dikenal dengan Terminal Ansett (perusahaan penerbangan ini sudah tidak beroperasi) kini digunakan oleh sejumlah perusahaan penerbangan, seperti Virgin Blue (termasuk menuju Denpasar-Bali), Tiger Airways, Alliance Airlines, dan sebagainya. (ton) http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/04/05022296/ini.australia.atau.indonesia


KUALITAS
Belajar di Australia

 Anita L Sutandya

 Di tengah gencarnya promosi pendidikan dari Singapura, Malaysia, dan sejumlah universitas dari dalam negeri, Australia masih dianggap sebagai tempat pendidikan favorit.

Berbagai alasan sudah sering dikemukakan, antara lain karena jaraknya tidak begitu jauh dan kualitas pendidikan yang masih bisa diandalkan. Belum lagi hubungan yang dekat antardua negara, membuat banyak orang Indonesia merasa nyaman dan kerasan bila ke Australia. Diperkirakan, saat ini ada lebih dari 10.000 siswa Indonesia yang menuntut ilmu di Negeri Kanguru, mulai dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi.

Selain alasan geografis dengan jarak yang relatif dekat, hubungan emosional kedua negara, juga ada sejumlah alasan mengapa banyak siswa Indonesia memilih Australia sebagai negara tujuan studi.

Aneka alasan itu di antaranya adalah kualitas pendidikan yang baik, akreditasi yang dijalankan secara benar, dan gelar yang diakui secara internasional merupakan pertimbangan-pertimbangan penting yang memengaruhi pilihan Australia sebagai tujuan pendidikan. Bahkan, kualitas beberapa perguruan tinggi di Australia diakui secara internasional dan masuk dalam daftar universitas-universitas kampiun di dunia.

Selain itu, fasilitas kampus yang lengkap dan modern juga menjadi pertimbangan para siswa agar dapat bisa lebih leluasa mengembangkan diri. Belum lagi lingkungan internasional, multikultural, dan aman membuat para siswa merasa lebih nyaman tinggal di Australia sekaligus dapat belajar beradaptasi dengan baik dan memperkaya wawasan. Belum lagi kesempatan belajar sambil bekerja paruh waktu, ikut memberi nilai plus dalam memilih Australia sebagai tujuan pendidikan. Selama ini Pemerintah Australia memberikan izin kerja paruh waktu kepada para mahasiswa selama 20 jam per minggu.

Di Australia sendiri ada sekitar 40 universitas dengan standar dan kualitas memadai, tersebar di delapan wilayah Australia. Di antara 40 universitas itu ada delapan universitas yang dianggap sebagai pilar dan paling menonjol di bidang riset. Kedelapan universitas itu sering disebut sebagai "Group of Eight".

Selain universitas, Australia juga menyediakan pendidikan diploma yang lebih mengutamakan keterampilan, yaitu Technical and Further Education (TAFE). TAFE merupakan lembaga pendidikan pemerintah yang menyelenggarakan program-program sertifikat dan diploma di berbagai bidang. Program-program TAFE umumnya program pendidikan kejuruan yang bersifat terapan dan mengutamakan keterampilan.

Selain universitas dan TAFE yang dikelola pemerintah, di Australia juga terdapat banyak pendidikan swasta yang menyelenggarakan hal serupa dengan berbagai program. Apabila menghendaki, setelah mengikuti pendidikan diploma, siswa bersangkutan dapat melanjutkan ke universitas untuk mendapat gelar bachelor. Hal ini dimungkinkan karena kebanyakan TAFE dan lembaga-lembaga swasta mempunyai kerja sama dengan universitas.

Tahun ajaran

Proses belajar-mengajar di Australia pada jenjang pendidikan dasar dan menengah selama satu tahun umumnya dibagi menjadi empat kuartal, dimulai pada bulan Januari sampai Desember.

Adapun pada jenjang pendidikan tinggi, ada dua sistem yang berlaku di Australia, yaitu semester dan trimester. Universitas-universitas negeri dan TAFE umumnya menganut sistem semester, dengan demikian satu tahun ajaran berisi dua semester. Awal tahun ajaran baru umumnya serentak, dimulai pada bulan Februari. Akan tetapi, banyak universitas maupun TAFE yang juga membuka penerimaan mahasiswa baru pada bulan Juli.

Sejumlah college swasta juga banyak yang menggunakan sistem trimester sehingga mereka bisa menerima siswa baru sebanyak tiga kali dalam setahun. Mengingat beragamnya waktu masuk, para calon siswa dianjurkan untuk melakukan pendaftaran jauh hari sebelumnya, terutama bagi yang ingin mendaftar ke universitas "favorit" agar tidak kecewa apabila "tidak kebagian tempat".

Bahasa Inggris dan "foundation"

Bagi para siswa asing yang ingin belajar di Australia, mereka diharuskan memenuhi standar kemampuan bahasa Inggris yang memadai agar bisa mengikuti kuliah. Ukuran kemampuan berbahasa Inggris umumnya dinilai dengan Test of English as a Foreign Language (TOEFL) atau International English Language Testing System (IELTS). Seberapa tinggi nilai yang diperlukan untuk bisa ikut kuliah, semua tergantung pada program studi yang akan diambil dan ketentuan setiap universitas.

Untuk program-program diploma biasanya diperlukan nilai TOEFL 71 (Internet-based Test/ iBT) atau IELTS 5,5. Untuk masuk program bachelor di universitas diperlukan minimal TOEFL 79 (iBT) atau IELTS 6,0, dan untuk program master minimal TOEFL 90 (iBT) atau IELTS 6,5.

Bagi siswa yang belum mencapai nilai bahasa Inggris sesuai dengan nilai TOEFL atau IELTS yang disyaratkan, kepada mereka akan diminta untuk mengikuti program pelatihan bahasa Inggris di Australia yang disebut English Language Intensive Courses for Overseas Students (ELICOS). Di Australia sendiri terdapat banyak institusi penyelenggara ELICOS yang tersebar di seluruh Australia.

Untuk bisa masuk universitas, pendidikan di Australia mensyaratkan adanya program Foundation, yang merupakan program pra-universitas. Program ini perlu (bahkan harus) diikuti oleh para siswa yang berasal dari sistem pendidikan menengah yang berbeda dengan di Australia. Lama program Foundation berkisar 8 bulan hingga 12 bulan.

Selama program Foundation, peserta akan mempelajari antara lain bahasa Inggris dan beberapa pelajaran lain yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pada jurusan yang kelak akan diambil di universitas. Untuk bisa mengikuti program Foundation, siswa sedikitnya telah menyelesaikan SMA kelas 11 dan nilai TOEFL 71 (iBT) atau IELTS 5,5.

Anita L Sutandya Konsultan pendidikan dari Anindo Dutabhuana-Jakarta http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/04/05035446/belajar.di.australia


ONGKOS
Menghitung Biaya Sekolah di Australia

Sebelum mengirim putra atau putri belajar ke Australia, ada satu hal yang perlu dipertimbangkan secara matang, yaitu keuangan. Bagaimanapun juga, masalah biaya ikut berperan dalam sukses tidaknya seseorang dalam menuntut ilmu di luar negeri. Apalagi, kini nilai dollar Australia kian menanjak, hampir mendekati dollar AS.

Masalah biaya ini perlu disiapkan secara matang karena banyak pengalaman orangtua Indonesia yang terpaksa memanggil pulang putra-putrinya dari Australia gara-gara ketiadaan biaya. Hal ini banyak terjadi pada saat krisis ekonomi tahun 1998.

Untuk mempermudah perencanaan keuangan, berikut disajikan perhitungan biaya hidup dan biaya sekolah di Australia. Memang, biaya sekolah di Australia amat bervariasi, tergantung dari tingkat dan program yang dipilih serta universitas tujuan yang dipilih.

Bagi siswa atau calon mahasiswa yang harus mengikuti tambahan pendidikan bahasa Inggris agar kemampuannya setara dengan tuntutan English Language Intensive Courses for Overseas Students (ELICOS), harus mengeluarkan biaya tambahan antara 250 dollar dan 350 dollar Australia per minggu.

Biaya Hidup di Australia

Biaya hidup di Australia amat tergantung dari kota tujuan dan pilihan gaya hidup masing-masing siswa. Meski demikian, secara garis besar, besar biaya yang diperkirakan harus dikeluarkan antara 1.200 dollar dan 1.700 dollar Australia per bulan. Jumlah itu sudah termasuk biaya tempat tinggal, makan, dan transportasi. Khusus untuk makan, pengeluaran akan lebih sedikit bila mau sedikit bersusah- susah dengan memasak sendiri. Biaya itu adalah perhitungan yang wajar untuk gaya hidup wajar sebagai mahasiswa, tidak banyak berhura-hura dan berbelanja.

Tempat tinggal, akomodasi

Untuk tempat tinggal, para siswa dan mahasiswa hanya mempunyai dua pilihan, yakni tinggal di dalam kampus (asrama) atau di luar kampus. Di Australia, banyak sekolah menengah swasta yang menyediakan fasilitas asrama di dalam areal kampus. Ada asrama yang juga menyediakan makan, ada pula yang menyediakan fasilitas dapur sehingga siswa bisa memasak sendiri.

Adapun untuk tempat tinggal di luar kampus, tersedia homestay, menyewa apartemen atau sewa kamar (kos). Homestay adalah tinggal bersama dengan keluarga Australia dan biasanya sudah termasuk makan. Sementara itu, menyewa apartemen atau kamar hanya diperbolehkan bagi siswa yang sudah cukup dewasa. Penyewaan kamar (kos) ini biasanya tidak termasuk makan.

Asuransi kesehatan

Selain itu, para siswa-siswi dan mahasiswa disyaratkan untuk memiliki asuransi kesehatan. Dan keharusan untuk memiliki asuransi kesehatan ini berlaku bagi seluruh siswa dan mahasiswa asing yang akan belajar di Australia. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin biaya-biaya yang muncul bila siswa-siswi atau mahasiswa jatuh sakit atau mengalami kecelakaan.

Asuransi kesehatan bagi siswa-siswi dan mahasiswa asing ini disebut Overseas Student Health Cover (OSHC). Biaya premi OSHC sekitar 390 dollar Australia per tahun. Seperti asuransi kesehatan yang lain, OSHC tidak mencakup pemeriksaan mata dan gigi.

Anita L Sutandya Konsultan pendidikan dari Anindo Dutabhuana, Jakarta http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/04/05001544/menghitung.biaya.sekolah.di.australia


KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU
Pendidikan tinggi di Australia diminati mahasiswa internasional dari berbagai negara. Sejumlah mahasiswa internasional di Universitas Queensland, Brisbane, beberapa waktu lalu.

ORIENTASI
Aku Tak Ingin Anakku Diplonco

Perploncoan atau pekan orientasi, atau apa pun namanya, agaknya membuat sejumlah orangtua merasa trauma. Trauma itu muncul bukan karena namanya, tetapi karena adanya kekerasan di sana.

Lalu, setiap kali siswa atau mahasiswa baru akan diterima di sebuah sekolah yang berjenjang lebih tinggi atau perguruan tinggi, aktivitas perploncoan yang umumnya berisi banyak tindak kekerasan akan menyertainya. Belum lagi masalah kekerasan yang sering muncul di antara para siswa atau mahasiswa sendiri.

"Terus terang, saya takut anakku diplonco. Sebagai anak satu-satunya, wajar kalau saya melindungi anak. Karena itu, biar bagaimanapun keadaannya, saya berusaha mengirim anak untuk belajar ke luar negeri," ujar Gunawan saat mencari informasi mengenai sekolah di Australia dalam sebuah pameran pendidikan di Jakarta.

Alasan Gunawan tentu saja masuk akal mengingat aktivitas perploncoan belum bisa dihilangkan dalam tradisi pendidikan di Indonesia. Masuk SMP, SMA, atau perguruan tinggi akan selalu diawali dengan kegiatan yang bernama perploncoan. Nama perploncoan memang sudah tidak dipakai lagi, diganti dengan berbagai nama yang bagus. Namun, pada intinya kegiatan menggojlok dan tindak kekerasan kepada para junior tetap saja terjadi.

"Di luar negeri, tentu saja tidak ada aktivitas perploncoan sebelum perkuliahan dimulai. Yang ada umumnya kegiatan pengenalan kampus dan pengenalan kota, cara naik kendaraan umum, dan sebagainya. Itu pun hanya berjalan satu-dua hari. Itu saja," ujar seorang penjaga stan dalam sebuah pameran pendidikan di Jakarta.

Tempat terbaik

Australia sering disebut-sebut sebagai salah satu tempat terbaik di dunia untuk hidup sambil belajar. Memang, standar hidup di Australia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia meski biayanya masih kompetitif. Selain belajar pada musim-musim kuliah, pada masa liburan pun banyak kesempatan diberikan kepada setiap orang untuk memiliki aneka pilihan aktivitas yang bisa memperkaya pengalaman diri, mulai dari festival budaya, konser hingga museum, dan acara-acara olahraga.

Meski tradisi pendidikan di Australia belum berjalan hingga ratusan tahun, adanya upaya untuk terus memperbaiki sistem dan kualitas membuat sejumlah lembaga pendidikan di Negeri Kanguru ini memiliki reputasi unggul di tingkat internasional. Hal ini bisa dilihat dalam berbagai informasi. Karena itu, jaminan pendidikan berkualitas menjadi salah satu hal yang selalu ditonjolkan dalam setiap pameran.

"Adanya tuntutan dari pemerintah setempat juga membuat standar kualitas pendidikan di hampir seluruh lembaga pendidikan di Australia umumnya setara. Jarang terjadi perbedaan kualitas yang begitu lebar pada lembaga pendidikan di Australia," tutur Anita L Sutandya, konsultan pendidikan dari Anindo Dutabhuana, Jakarta. "Karena itu, Australia menjadi salah satu tempat yang amat tepat untuk belajar hidup, belajar ilmu, dan tumbuh berkembang," ujarnya.

Untuk bisa mengetahui sebuah lembaga pendidikan berkualitas atau tidak, Pemerintah Australia menyediakan direktori online dengan fasilitas pencarian (AusLIST). Hal ini akan membantu semua orang yang ingin mencari informasi mengenai pendidikan di Australia.

Dalam ketentuan disebutkan, lembaga pendidikan yang terdaftar di AusLiST harus merupakan penyedia jasa pendidikan dan pelatihan resmi; sepakat untuk memberikan program studi di negara lain sesuai standar yang setara dengan program studi yang diberikan di Australia; menandatangani sebuah Deklarasi Penyedia Jasa Pendidikan sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Pengalaman unik

Di Australia, setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih jalur studi sesuai tujuan hidupnya. Karena itu, hingga kini ada ribuan program studi yang ditawarkan. Dan apa pun program studi yang dipilih, akan didapat pengalaman pendidikan yang unik. Studi di Australia juga akan mendorong setiap peserta didik untuk memiliki pemikiran yang inovatif, kreatif, dan mandiri.

Selain memiliki reputasi internasional, pendidikan di Australia juga dikenal bagus dalam struktur yang efektif dan perkembangan kebijakan yang inovatif. Banyak negara yang ingin meningkatkan kualitas sistem pendidikannya terpaksa datang ke Australia untuk berguru dan mendapatkan tuntutan.

Australia juga merupakan salah satu tempat terbaik untuk hidup. Sebagai negara yang masih muda, Australia boleh dikata penuh energi dan ramah. Setiap siswa dan mahasiswa dapat hidup, belajar, dan tumbuh berkembang. Karena itu, bila menginginkan pendidikan yang berkualitas, sekaligus berkesempatan untuk belajar hidup, belajar tumbuh dan berkembang, barangkali tidak salah kalau memilih Australia.

Perencanaan yang matang

Kepada para calon siswa-siswi atau mahasiswa-mahasiswi yang ingin belajar ke Australia, umumnya diingatkan untuk memilih program studi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan sasaran karier. Karena itu, sebelumnya perlu dipertimbangkan masak-masak dan dirancang secara matang bidang studi, tingkat kualifikasi, lama pendidikan, dan tempat yang akan dituju. Pertanyaan umum yang sering muncul adalah pendidikan jenis apa yang diminati. Selama ini sistem pendidikan dan pelatihan di Australia mempunyai empat "bidang".

Pertama, universitas. Belajar di universitas Australia dan mendapatkan kualifikasi internasional. Karena itu, pengalaman belajar di Australia juga akan memberi pengalaman internasional. Apalagi banyak universitas di Australia mempunyai hubungan dan kerja sama yang baik dengan lebih dari 100 negara. Staf pengajar pun banyak direkrut dari luar negeri. Tidak hanya itu, pendidikan di Australia juga memberi iming-iming para lulusan akan dapat bekerja di berbagai perusahaan di seluruh dunia.

Universitas dan lembaga pendidikan di Australia menawarkan program-program studi dengan gelar sarjana (bachelor) dengan kualifikasi tinggi di berbagai bidang. Program yang ditawarkan pun amat beragam. Gelar sarjana (bachelor) merupakan kualifikasi paling umum yang ditawarkan di Australia. Selain itu, pelatihan riset dan pengembangan profesional juga ditawarkan, mulai dari jenjang master (S-2) hingga doktoral (S-3).

Terhadap gelar-gelar palsu yang banyak ditawarkan (umumnya juga menyebut nama perguruan tinggi di luar negeri), kita wajib waspada. Gelar-gelar palsu yang ditawarkan itu merupakan gelar akademik yang dijual dan biasanya ditawarkan melalui internet, tanpa perlu belajar. Bahkan, kepada para calon penerima gelar juga ditanyakan, wisuda akan dilakukan di hotel berbintang atau cukup di gedung biasa. Buntutnya, semua itu akan menuntut biaya yang besar. Karena itu, apabila terdapat tawaran gelar dari sebuah lembaga pendidikan di Australia, calon penerima diharapkan mengeceknya melalui situs web Departemen Pendidikan, Ketenagakerjaan dan Hubungan di Tempat Kerja.

(TON) http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/04/05012039/aku.tak.ingin.anakku.diplonco

Tidak ada komentar: