"Capek, Bang. Habis ujian. Malam nanti harus belajar karena besok ujian lagi," kata salah seorang dari mereka yang enggan menyebutkan namanya. Ujian nasional (UN) yang dimulai pada 22 Maret itu telah memasuki hari kedua.
Dia menceritakan, ujian pada hari kedua sebenarnya lumayan ringan karena hanya mengerjakan soal Bahasa Inggris. Pada hari pertama, mereka harus mengerjakan tiga soal, yakni Bahasa Indonesia, Sosiologi, dan Biologi. "Yang pusing itu nanti, Bang, kalau waktunya soal Fisika," kata siswi lainnya kepada Kompas.
Dari obrolan sesama siswi itu tersirat bahwa mereka menilai UN sebagai tahapan paling penting sekaligus menakutkan dalam fase kehidupan para siswa-siswi. Gagal UN berarti gagal merengkuh masa depan. UN seolah lubang jarum yang menentukan gagal-suksesnya anak manusia berstatus siswa.
Pada hari pertama UN tingkat SMA, sebanyak 417 siswa absen. Pada hari kedua, 404 siswa membolos. Belum jelas alasan ketidakhadiran mereka dalam ujian itu. Patut diduga, mereka lebih takut kepada UN itu sendiri daripada takut tak mampu mengisi soal-soal UN. UN bukan lagi sekadar ujian akhir tahun bagi siswa akhir, tetapi ia telah diselimuti berbagai mitos, seperti mitos penentu masa depan dan penentu kualitas siswa.
"Pendewaan" terhadap UN itu berdampak serius, antara lain menyeret banyak siswa dan guru untuk bersikap tidak jujur. Kasus yang ditemukan pengawas UN di Sekolah Menengah Atas Negeri II adalah salah satu contohnya. Dua siswa kepergok membawa salinan jawaban di selembar kertas. Belum lagi maraknya peredaran kunci jawaban melalui pesan singkat (SMS) dan kebocoran soal UN.
Bagi Koordinator Pengawas UN Kota Medan Abdul Hamid, fenomena itu menunjukkan bahwa soft skill siswa, seperti kejujuran, ketaatan, dan keikhlasan, sudah hampir punah, tergantikan oleh cara-cara instan untuk mengejar kelulusan.
Untuk menghadapi UN, Hamid menyarankan agar para siswa santai, tetapi tetap belajar secara memadai. Hilangkan ketakutan-ketakutan soal UN. UN itu bukan neraka. Bukan penentu segalanya.
(M Hilmi Faiq) http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/24/02422435/ujian.nasional.bukan.neraka.bagi.siswa

Tidak ada komentar:
Posting Komentar