12 Maret 2010

Sekolah Unggulan dan Bertaraf Internasional (Surat Pembaca)

Bulan-bulan ini para orangtua murid, terutama yang anaknya sebentar lagi tamat sekolah, merasa gelisah mencari sekolah lanjutan. Kegelisahan lebih besar dirasakan kelas menengah ke bawah.

Beberapa tahun ini ada kecenderungan sekolah unggulan sebagian kelasnya "bermetamorfosis" menjadi sekolah berstandar internasional. Bahkan, ada kabar, dalam waktu dekat ada yang semua kelas berubah menjadi sekolah berstandar internasional. Perubahan ini otomatis menaikkan biaya pendidikan.

Melihat kondisi ekonomi mayoritas masyarakat tentu hanya segelintir orang yang mampu memasukkan anak ke sekolah berstandar internasional. Ini membatasi kesempatan orang biasa untuk mendapatkan pendidikan di sekolah unggulan. Sekolah akan berubah menjadi "sekolah elite". Murid-murid tak lagi belajar hidup bersama teman-teman dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi.

Padahal, sekolah "warna-warni" akan menjadi persemaian bagi lahirnya generasi penuh empati. Dan, bagi anak-anak orang biasa akan menumbuhkan harapan meraih pendidikan berkualitas. Apakah pemerintah tak sebaiknya mengembalikan lagi sekolah unggulan tanpa membuat menjadi sekolah bertaraf internasional?

Bila ingin mendirikan sekolah bertaraf internasional, buat saja sekolah yang benar-benar baru. Apakah sekolah bertaraf internasional yang ada saat ini sudah didukung SDM yang memadai? Lulusan sekolah bertaraf internasional harus melanjutkan pendidikan ke mana? Seberapa jauh Mendiknas menyelesaikan masalah ini? Singgih Widagdo Kavling Marinir AB 8, Duren Sawit, Jakarta - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/12/03064197/redaksi.yth

Tidak ada komentar: