06 Agustus 2009

Joki PTN dan Faktor Ekonomi (Redaksi Yth)

Harian Kompas (23/7) menurunkan tulisan "Tergiur Rp 30 Juta, Kuliah Pun Sirna...". Anak-anak saya yang pernah kuliah dan sudah lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB) merasa prihatin atas peristiwa yang menimpa Is (18). Mahasiswa Teknik Kimia ITB ini terlibat sindikat perjokian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Dari isi tulisan, Is termasuk anak yang memiliki prestasi akademis cemerlang karena memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,83, tergolong pencapaian langka di Fakultas Teknik ITB. Is juga pernah menjuarai olimpiade kimia tingkat nasional saat di SLTA. Hal ini tentu merupakan prestasi luar biasa dan membanggakan, bagi dia, keluarga, dan Fakultas Teknik ITB.

Sebagai orangtua, saya merasa sedih dengan keputusan yang diambil Komisi Penegakan Norma Kemahasiswaan ITB, yang akan mengeluarkan 11 mahasiswa, termasuk Is, dan tiga lainnya mendapat skorsing karena keterlibatan mereka dalam perjokian di Makassar, Sulawesi Selatan. Dengan usia yang muda dan kepandaiannya, sungguh sayang jika mereka tidak dapat meneruskan pendidikan lagi.

Padahal, dasar masalahnya adalah faktor ekonomi. Masalah ekonomi dan kemiskinan saat ini masih dialami masyarakat dan merupakan tanggung jawab pemerintah dalam mengelola kehidupan di negeri ini. Harap dicermati, negara-negara tetangga kita, terutama Malaysia dan Singapura, kini sedang membuka mata lebar-lebar untuk mencari tenaga muda berkualitas.

Cara mereka dengan memberi beasiswa, biaya pendidikan gratis, dan tentu ikatan kerja di negara bersangkutan dalam jangka waktu tertentu. Namun, yang terjadi setelah itu, anak- anak bangsa yang telah menikmati kemudahan dan kehidupan lebih layak enggan pulang dan berkarya di negeri sendiri. Wiladiningsih Lestari Jalan Jeruk Manis 1, Kebon Jeruk, Jakarta

http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/06/03323224/redaksi.yth

Tidak ada komentar: