06 April 2009

Pendidikan Politik - Kampanye, yang Penting Bayarannya, Om!

Gatot Widakdo

"Partai apa pun, yang penting bayarannya, Om! Pokoknya saya cuma nyanyi dan bergoyang saja. Setelah itu, tidak ada ikatan dan saya siap ditanggap partai lain," kata Irma Anggraini, salah seorang penyanyi panggung.

Irma baru saja menghibur massa salah satu partai politik yang berkampanye di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Irma berkaus warna hijau dengan paduan celana ketat warna putih. Goyangannya syuur.... Yang pasti, penampilan Irma tampaknya lebih menarik bagi simpatisan ketimbang pidato juru kampanye (jurkam). Lagu dangdut lebih mengena daripada senandung kampanye jurkam dengan segudang janjinya.

Setelah menyanyikan dua lagu dangdut dengan goyangan ke segala arah, seperti mata angin, kanan ke kiri serta ke bawah ke atas, Irma menuntaskan pertunjukannya dengan promosi singkat pesanan partai penanggapnya. "Semuanya jangan lupa ya, contreng yang ini!" teriak Irma, yang disambut teriakan histeris ratusan simpatisan parpol yang datang berbondong-bondong naik bus dan sepeda motor.

Ironisnya, suasana hiruk-pikuk itu langsung mereda ketika seorang jurkam kembali berpidato. Beberapa simpatisan yang sebelumnya berada di depan panggung mulai menyingkir, berteduh di bawah pohon dan tenda-tenda pedagang kaki lima di sekitar lapangan Blok S.

Selain Irma, beberapa perempuan cantik lainnya tampil bergantian. Meski berdandan sederhana, penampilan dengan kaus kutung alias tank top dan celana superketat mampu memikat dan menggoda para simpatisan. Mereka rela dan betah kepanasan.

Pada masa kampanye, Irma dan teman-teman seprofesinya bagai mendapat durian jatuh. Beberapa order dari sejumlah parpol sudah datang jauh-jauh hari. Tarif saat kampanye lebih tinggi daripada untuk tampil pada acara hajatan, kawinan, atau sunatan.

"Saya sudah dipesan empat parpol. Mudah-mudahan ada partai lain yang juga mau nanggap saya," kata Dian Novita, penyanyi lain, yang masih duduk di bangku sekolah lanjutan tingkat atas ini.

Walau kondisi partai berbeda-beda, para penyanyi tersebut tidak mengenakan tarif berbeda. "Kalau lengkap dengan alat musik dan sound system serta empat penyanyi, biayanya Rp 6 juta," kata Eko, seorang manajer penyanyi panggung.

Buat partai gurem, penyanyi panggung yang belum punya nama memang sudah cukup untuk menghibur simpatisannya. Akan tetapi, bagi partai besar, penyanyi yang sudah punya nama menjadi pilihan untuk lebih memikat massa mendekati panggung.

Siti, juara Kontes Dangdut Indonesia (KDI), misalnya, ditanggap sebagai MC sekaligus penyanyi salah satu partai yang sudah punya nama. Demikian juga dengan Dafi, yang sudah diikat kontrak satu paket untuk bernyanyi di beberapa kota. Kontestan KDI 2005 ini mengaku dibayar sekitar Rp 10 juta untuk sekali tampil.

Selain mendendangkan lagu dangdut yang sedang hit, seperti "Kuda Lumping" atau "Kucing Garong", mereka biasanya juga dipesan menyanyikan beberapa lagu yang liriknya maksa diubah untuk kampanye partai.

Walau dibayar cukup besar, sebagian penyanyi justru mengaku merasa tidak puas dengan penampilan mereka di panggung. "Beda kalau kami main untuk hajatan atau show. Kami nyanyi untuk semua orang dan bebas teriak apa saja. Kalau kampanye, selain terlalu diatur, kami juga dituntut untuk promosi partai yang sebenarnya enggak cocok dengan pilihanku," kata Endang asal Indramayu.

Salah seorang pengurus parpol mengatakan, selain untuk menarik massa, kehadiran mereka juga untuk memberikan hiburan kepada simpatisan.

Dari segi hiburan, penampilan penyanyi panggung bisa dibilang sukses untuk menarik minat massa hadir di lapangan. Namun, dari tujuan kampanye sesungguhnya, perlu dipertanyakan lagi apakah massa yang hadir juga berminat memilih caleg atau partai bersangkutan.

Mungkin seperti dikatakan peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, keberadaan kampanye terbuka sebaiknya ditinjau ulang. "Kampanye lebih efektif kalau elite parpol dekati masyarakat," ujarnya, Minggu. Kristiadi malah setuju kalau kampanye terbuka tak perlu diadakan.

Sementara itu, Direktur Riset Lembaga Survei Indonesia Dodi Ambardi juga mengatakan, bagi parpol kecil, perlu dipikirkan ulang manfaat kampanye terbuka mengingat diperlukan pembiayaan yang cukup besar.

Sang penyanyi sendiri mengaku tidak terlalu peduli terhadap masalah lain di luar tugasnya sebagai penghibur. Bagi mereka, yang penting bernyanyi dan memperoleh bayaran. (ANA)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/04/06/02590437/kampanye.yang.penting.bayarannya.om

Tidak ada komentar: