17 April 2009

Memberi Contoh Lewat Kebun Durian

Oleh Ratih P Sudarsono

Gemar makan durian membuat Soewarso Pawaka tertarik untuk lebih jauh mengakrabi buah yang wanginya khas itu. Lewat durian ia juga berupaya memberi keteladanan. Asalkan kita mau tidak berhenti belajar dan bekerja keras akan berbuah manis sebagaimana buah-buah hasil kebunnya.

Suatu pagi di Warso Farm, kebun buahnya di Kampung Cihideng, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, pria berusia 81 tahun itu masih kuat menapaki jalan setapak yang menanjak. Sesekali ia meminta penjelasan kepada Buyung B Jayanto tentang kesehatan pohon-pohon buah di kebun. Buyung adalah keponakan Soewarso yang membantu mengelola Warso Farm.

"Sekarang bukan musim durian. Alhamdulillah di sini banyak pohon durian yang berbuah. Memang tidak selebat saat musimnya, tapi tetap ada. Kalau mau bekerja keras, kita tidak perlu mengimpor durian. Pasar pun bisa dipasok durian kapan saja," katanya.

Mantan kolonel TNI Angkatan Darat itu tak mengeluh pasar buah hingga kini dikuasai buah impor. Katanya, itu salah kita sendiri yang belum menghargai produk dalam negeri. Ia hanya menyesali, mengapa semua pihak masih malas belajar dan bekerja keras. Padahal, bumi Indonesia kaya dan 220 juta mulut rakyatnya perlu makan.

Soewarso mengakui, pada awal merintis kebun durian, dia tak membayangkan bakal memiliki Warso Farm yang luasnya mencapai 23 hektar. Kebun duriannya juga ada di Sukabumi.

"Sejak kecil saya senang makan durian. Waktu masih dinas, saya beli durian bukan satu-dua buah, tapi satu-dua keranjang. Saya makan buah itu bersama anak buah, karyawan, atau tetangga. Itu menyenangkan," kata Soewarso yang masih menikmati durian tanpa halangan kesehatan.

Sampai suatu ketika ia ditawari pohon durian montong dari seorang pedagang di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ia lalu menanamnya karena tahu daging durian montong tebal dan tak kalah manis dibandingkan durian lokal. Ia menanamnya agar dapat makan durian enak tanpa mengeluarkan duit.

Menjelang pensiun

Saat itu, tahun 1980, menjelang ia pensiun dari ketentaraan, kebetulan di kebun mertuanya di Kampung Cihideng juga ada pohon durian yang disebutnya "durian Nabi Adam" karena tak jelas siapa yang menanamnya. Dia merasa lahan di kampung itu cocok untuk kebun durian. Keinginannya berkebun durian pun tumbuh. Sedikit demi sedikit ia lalu membeli lahan di Kampung Cihideng.

Semangatnya bertambah setelah ia mengetahui berbagai jenis durian asli Indonesia tak kalah kualitasnya dibandingkan durian impor. Bersamaan dengan itu, varian durian lokal semakin sedikit di pasaran. Pohon durian di Bogor pun berkurang karena ditebang untuk dijual kayunya.

Soewarso pun bertekad menceburkan diri ke dunia tanam-menanam. Tanpa modal pendidikan formal soal tanaman, ia berburu informasi tentang durian dari berbagai sumber. Ia membaca banyak buku atau terbitan berkala dan mendatangi daerah penghasil durian.

Ia melakukan budidaya pohon durian berdasarkan ilmu yang didapat dari buku dan bertanya kepada siapa saja yang dianggapnya mengerti tentang pertanian dan perkebunan buah.

Soewarso seakan tak kenal lelah. Ia berprinsip, dalam hidup itu kita mesti terus belajar. "Jangan berhenti belajar, kita harus banyak membaca. Garaplah bumi yang diciptakan Allah ini dengan sebaik-baiknya agar kita sejahtera," tambahnya.

Ketekunannya membawa hasil. Warso Farm tak hanya berisi ratusan pohon durian dari berbagai jenis. Di sini juga ada sejumlah pohon bersertifikat sebagai induk pohon durian unggulan. Dibantu 76 orang pekerja, 800 bibit pohon durian unggulan dihasilkan setiap hari.

Bagi Soewarso, itu terasa melegakan karena memberi peluang siapa pun yang berminat berkebun durian untuk memperoleh bibit pohon durian unggulan.

Sepanjang masa

Warso Farm mempunyai teknik pemeliharaan dan perawatan pohon durian sehingga kebun durian ini dapat menghasilkan buah sepanjang tahun. Di sini juga dibuat dan diproduksi pupuk yang cocok untuk tanaman durian. Katanya, pupuk di pasaran umumnya untuk pohon semusim, bukan pohon keras/berkayu.

"Kalau tahu teknik dan tekun merawatnya, satu pohon durian cukup memberi buah yang enak. Menanam satu pohon durian itu tak memerlukan lahan luas, di pot juga bisa. Tanamlah pohon buah, selain bisa mendapat buahnya, ini juga penghijauan," kata Soewarso yang punya hobi antara lain bermain golf dan mendengarkan musik.

 

Selain durian, di Warso Farm juga ditanam pohon buah lain, seperti jambu batu, nangka mini, sirsak tanpa biji, jambu jamaika, dan buah naga. Ada pula fasilitas pelatihan berkebun pohon buah-buahan.

Aktivitas lain adalah berbagai percobaan untuk menemukan formula pupuk yang cocok untuk memaksimalkan pertumbuhan buah dan produksi buah dari berbagai jenis pohon buah yang ada di Warso Farm.

Masih subsidi

Mungkin karena tak berhenti berkreasi untuk menemukan produk atau teknik baru dalam memelihara pohon buah, pendapatan dari menjual buah, bibit, dan pupuk pohon durian belum bisa menutup biaya operasional Warso Farm.

"Biaya operasional kebun masih disubsidi. Penghasilan utama masih dari perusahaan distribusi bahan bakar minyak dan gas. Perusahaan saya itu rekanan Pertamina," katanya.

Manajemen pengelolaan Warso Farm pun masih sederhana, semuanya relatif masih dipegang Soewarso meski ia sudah mempersiapkan anak kelimanya, Ade Yuliani Pawaka, seorang insinyur pertanian, untuk mengelola usaha perkebunannya agar lebih profesional.

Meski nanti si anak yang meneruskan, ia menegaskan, Warso Farm akan tetap menjadi kebun buah yang terbuka untuk kunjungan umum, tanpa biaya masuk. Ia ingin menularkan ketekunan membudidayakan pohon buah kepada siapa saja yang berminat. Walaupun dalam seminggu hanya dua hari kebun itu dibuka untuk umum.

Selain bisa membeli buah durian yang dijamin manis dan lezat, semua yang ada di Warso Farm terbuka untuk dilihat dan dipelajari. Soewarso rupanya begitu terobsesi membuat banyak orang mau berkebun buah-buahan, terutama durian.

"Modal utama membangun Warso Farm adalah terus belajar, banyak membaca, bekerja keras, dan tekun mencari peluang untuk berkreasi. Kalau memang mau, banyak orang sebetulnya juga bisa," kata Soewarso yang siap berbagi pengetahuan, pengalaman, dan informasi apa pun tentang berkebun buah-buahan, durian khususnya.

http://cetak.kompas.com/sosok  Jumat, 17 April 2009

Tidak ada komentar: