12 September 2008

Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Dipertanyakan

[JAKARTA] Konsep sekolah bertaraf internasional (SBI) dipertanyakan, sebab sampai saat ini masih banyak guru yang belum mengetahui secara pasti konsep dan esensi SBI.

Hal itu terungkap dalam acara diskusi bertajuk SBI vs Sekolah Nasional, di Jakarta, Selasa (9/9) malam. Acara yang dimediatori Sampoerna Foundation itu menghadirkan sejumlah guru dan pengamat pendidikan.

"Sampai saat ini, berdasarkan pengalaman di lapangan, SBI dan SSN (Sekolah Standar Nasional) terkendala fasilitas dan sumber daya manusia," ujar Kepala Sekolah SMAN 3 Depok, Jawa Barat, Achmadi.

Achmadi menuturkan, SMAN 3 Depok ditetapkan menjadi SSN. Karena itu, sekolah tersebut tengah berusaha keras bagaimana meningkatkan kualitas guru dan fasilitasnya.

"Sebenarnya, tidak hanya kami, tapi banyak guru pun tidak mengerti apa konsep sesungguhnya SBI. Peningkatan sumber daya manusianya pun terkendala," katanya.

Dia mengemukakan, fasilitas dinilai sebagai salah satu kendala utama. Sebab, dalam petunjuk SBI, fasilitas merupakan salah satu prioritas. "Ini juga sangat merepotkan. Belum lagi, pengajar yang harus fasih berbahasa Inggris," ucapnya.

Pandangan serupa disampaikan pengamat pendidikan, Andri Nurcahyani, bahwa esensi SBI yang diusung pemerintah sebenarnya tidak jelas. "Apa esensi dari pengembangan SBI? Apakah SBI ini begitu penting dalam menjawab tantangan global dan cenderung mengabaikan nilai-nilai keindonesiaan kita" tuturnya.

Dia mengungkapkan, jauh sebelum SBI dirintis Pemerintah, sudah banyak sekolah justru mengembangkan model pembelajaran yang sudah maju. "Tanpa menyebut sekolah-sekolah itu SBI, ternyata proses pendidikan di sekolah-sekolah itu sudah di atas standar yang ditetapkan pemerintah," katanya.

Apalagi, katanya, banyak sekolah yang minim fasilitas dan sumber daya manusia (SDM). Akibatnya, banyak sekolah yang ingin menjadi SBI hanya sekadar pencitraan saja, bukan konsep dan esensi pembelajarannya.

Rendah Diri

Sementara itu, Dewan Pembina The Centre for The Betterment of Education, Ahmad Rizali mengemukakan, di tingkat kebijakan SBI adalah sebuah konsep yang mencerminkan rasa rendah diri dan ketidakmampuan bersaing dengan bangsa lain.

Penggunaan standar negara asing, katanya, menunjukkan indikasi kebenaran dugaan bahwa impor pendidikan semakin memantapkan kecurigaan terjadinya liberalisasi pendidikan, dan pendidikan sudah menjadi sebuah komoditas. [W-12]

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/09/10/index.html

Tidak ada komentar: