Pada Minggu, 7 September 2008, saya, istri, dan anak melihat-lihat pameran pendidikan. Saya sebagai pegawai negeri sipil yang sudah 21 tahun mengabdi dengan gaji tidak genap Rp 5 juta tentu secara otomatis bersepakat dengan istri dan anak untuk tak melirik anjungan pendidikan luar negeri di Singapura, Australia, Swiss, dan Amerika Serikat. Itu bak sebuah dongeng bagi kami.
Kami mencoba melihat dan berkonsultasi dengan berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia. Itu pun ternyata sempat membuat hati menjadi ciut. Betapa tidak, rata-rata perguruan tinggi negeri dan swasta, apalagi yang punya nama besar, menawarkan uang gedung dan sumbangan pengembangan universitas minimal Rp 15 juta. SPP tetap Rp 2 juta per semester. Uang kuliah Rp 150.000 per SKS. Itu berarti uang kuliah Rp 3,6 juta per semester dengan asumsi mahasiswa mengambil 24 SKS.
Total kebutuhan biaya kuliah menjadi Rp 5,6 juta per semester di luar beban uang gedung, biaya hidup, serta kebutuhan lain. Yang menjadi kebiasaan umum para PNS sederhana adalah mencari pinjaman di koperasi kantor dengan potongan gaji setiap bulan selama bertahun-tahun. Kami belum berbicara tentang nasib anak-anak bangsa lain di luar pegawai negeri yang jauh lebih menderita.
Mohon agar pemerintah mengevaluasi kondisi pendidikan di negeri ini secara komprehensif. Tuntaskan penyidikan semua kasus korupsi yang telah membuat melarat rakyat banyak dan kaya sejumlah kecil orang. Dalam sistem manajemen pemerintahan, jangan diberi peluang sekecil apa pun kepada aparat pemerintah, termasuk anggota DPR, untuk korupsi. Andre Resep Kompleks Akpol Blok I, Gajah Mungkur, Semarang
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/18/00133181/redaksi.yth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar