Laporan wartawan Kompas nasrullah Nara
MAKASSAR - Mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar menolak rencana pemerintah menyalurkan beasiswa sebagai kompensasi atas kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM. Beasiswa tersebut dicurigai sebagai upaya pembungkaman aksi mahasiswa, menyusul gencarnya tuntutan mundur ter hadap Presiden SBY-Wapres JK.
"Rencana ini muncul siluman, tanpa terkonsep secara matang. Mengapa baru sekarang muncul tawaran beasiswa itu, (yakni) ketika tuntutan mahasiswa di semua wilayah Tanah Air seragam untuk meminta Presiden SBY dan Wapres JK mundur atas kebijakan BBM? Kalau mau beri kompensasi, mengapa tidak dari dulu saja ketika harga BBM naik tahun 2005?" ujar Aminuddin, mahasiswa Fakultas Sastra Unhas, Jumat (30/ 5).
Hal senada dikemukakan Idam Malik, mahasiswa Perikanan Unhas. Ia mengatakan, besaran beasiswa yang ditawarkan pemerintah atas kompensasi kenaikan harga BBM, tak sebanding dengan penderitaan rakyat atas naiknya harga barang-barang dan jasa kebutuhan sehari-hari. "Pemerintah hanya menyediakan Rp 500.000 per semester. Unhas selama ini menyediakan beasiswa bagi mahasiswa miskin sebesar Rp 250.000 per bulan, ujarnya.
Kepala Humas Unhas M Dahlan Abubakar mengungkapkan, hingga Kamis kemarin pihak rektorat Unhas belum menerima petunjuk teknis seputar beasiswa tersebut. Ia menyebutkan, dari sekitar 20.000 mahasiswa Unhas, sekitar 6.500 di antaranya tercatat sebagai mahasiswa dari keluarga miskin. Salah satu ukurannya adalah dari keluarga yang berpenghasilan tetap atau cenderung berpenghsilan kurang dari Rp 1 juta per bulan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar