Jawa Pos, Jumat, 22 Feb 2008
Saya ibu dua anak yang duduk di kelas 4 dan kelas 2 SD. Dulu, saat saya masih sekolah, tampaknya guru tulus dalam mengajar, tanpa pamrih. Tapi, mengapa sekarang semua sekolah swasta mahal? Guru pun terkesan ada pamrihnya. Kebetulan, sekolah anak saya mendapat BOS (bantuan operasional sekolah). Jadi, sepertinya para guru seenaknya mengajar. Pokoknya kurikulum terpenuhi. Mohon penjelasan pengasuh.
Ria, Sidoarjo
Jawaban Prof Dr Moedjiarto MSc
Saat ini, pemerintah sedang bekerja keras menyukseskan wajib belajar (wajar) sembilan tahun, yaitu SD dan SMP. Maksudnya, anak-anak usia sekolah SD dan SMP seluruhnya wajib belajar di SD dan SMP. Logikanya, anak seusia itu tidak boleh ada yang tidak mengenyam pendidikan SD dan SMP. Semestinya, namanya "wajib", bila tidak dilaksanakan, orang tua seharusnya mendapatkan sanksi dari pemerintah. Tapi, maksud itu terhadang kendala bahwa tidak semua masyarakat Indonesia mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan SD dan SMP. Karena itu, meski "wajib", pelaksanaannya hanya merupakan imbauan, tanpa sanksi.
Untuk meringankan beban masyarakat/orang tua murid SD dan SMP, orang tua dibebaskan dari pembayaran SPP. Sebagai ganti, pemerintah memberikan BOS. Bagi sekolah swasta kecil dan murah, nilai dana BOS lebih besar daripada SPP. Bagi sekolah swasta favorit dan mahal, nilai BOS lebih kecil dari SPP. Dengan adanya BOS, ada sekolah yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Namun, karena BOS merupakan program pemerintah, semua sekolah wajib mendukung kebijakan tersebut, baik sekolah swasta maupun negeri. Guru adalah manusia biasa, bukannya malaikat yang tanpa cela dan kesalahan. Karena itu, bila ada guru yang belum menjalankan tugas sebagaimana diharapkan masyarakat/orang tua, saya memberanikan diri, atas nama mereka, saya minta maaf yang sebesar-besarnya.
Ibu, saya juga berharap kepada ibu agar aktif memperhatikan dan membantu anak belajar supaya prestasinya selalu baik. Salah satu saran yang bisa saya sampaikan kepada ibu adalah agar ibu berkunjung ke sekolah untuk melihat dan membahas bersama guru dan kepala sekolah tentang kemajuan belajar anak. Orang tua hendaknya ke sekolah tidak hanya waktu mengambil rapor. Hubungan antara guru dengan orang tua, sekolah dan rumah, harus dibina sebaik mungkin. Partisipasi aktif orang tua terhadap sekolah merupakan salah satu karakteristik sekolah yang unggul. Mari kita bina hubungan sebaik mungkin antara sekolah dengan orang tua.
Selain itu, saya berharap orang tua selalu mendampingi putra dan putrinya waktu belajar di rumah. Saya juga menyarankan agar orang tua seyogianya tidak menugasi sopir untuk mengambil rapor anak, apalagi pembantu rumah tangga. Orang tua wajib mengambil rapor anak sebagai tanggung jawab terhadap pendidikan anak. Tanggung jawab pendidikan anak bukan saja harus dipikul sekolah, tapi juga orang tua, masyarakat, serta pemerintah. (*)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar