02 April 2008

Sylviana Murni, Dari Kepala Dinas Pendidikan ke Wali Kota Jakarta Pusat

Jakarta, Kompas 2/4/2008 - Sylviana Murni (50), Selasa (1/4), resmi dilantik menjadi Wali Kota Jakarta Pusat. Bertempat di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengambil sumpah jabatan perempuan mantan Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI tersebut.

”Pengangkatan Dr Sylviana Murni bertepatan dengan peringatan Hari Kartini pada Bulan April ini. Ini juga momentum kebangkitan kaum perempuan di Jakarta. Beliau adalah wali kota perempuan pertama di DKI,” kata Fauzi Bowo.

Namun, kata Fauzi Bowo, Sylviana tetap mengemban tugas sama seperti wali kota sebelumnya. Bahkan di pundaknya ada beban lebih berat, yaitu memajukan Kota Jakarta Pusat yang menjadi pusat pemerintahan negara dan juga Pemerintah DKI.

Fauzi Bowo menambahkan, Sylviana diharapkan mampu menelorkan program dan melaksanakannya dengan baik, terkait masalah kemiskinan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Berdasarkan data terbaru DKI, di Jakpus terdapat 14.000 PMKS dan 22.000 keluarga miskin. Jakpus juga merupakan kawasan terpadat di DKI dibanding empat kota lainnya, yaitu 18.000 orang per satu kilometer persegi. Jakpus juga menjadi satu-satunya kota dengan pertumbuhan penduduk negatif.

”Ini adalah anugerah terindah bagi saya di bulan April. Saya merasa bangga bisa mendapat tanggung jawab ini. Saya akan berusaha untuk melaksanakan sebaik mungkin, semaksimal kemampuan saya,” kata Sylviana Murni.

Sylviana Murni memulai kariernya sebagai pegawai negeri sipil di DKI Jakarta pada tahun 1985, yaitu sebagai tenaga staf/ penatar BP-7 DKI. Sebelum menjadi Wali Kota Jakarta Pusat, ia pernah menjabat Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI dan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Mantan penyandang gelar None Jakarta Timur tahun 1981 ini adalah asli Betawi kelahiran 11 Oktober 1958.

”Apa yang pernah dilakukan wali kota sebelumnya, Muhayat, sudah sangat baik. Saya akan meneruskannya dan melibatkan pemimpin informal. Ruang terbuka hijau, penataan PKL, dan pasar tradisional akan menjadi prioritas. Tentunya dengan mengedepankan pendekatan manusia dengan manusia, bukan menggusur tetapi menata,” kata Sylviana Murni. (NEL)

Tidak ada komentar: