19 April 2008

Sambutan Presiden RI Pada Acara Peresmian Pembukaan Kongres IX LVRI 26 Maret 2007

TRANSKRIPSI

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA PERESMIAN PEMBUKAAN KONGRES IX

LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA (LVRI)

ISTANA BOGOR, 26 MARET 2007

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh,

Selamat pagi,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Saudara Menteri Pertahanan, dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Panglima TNI, Saudara Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara,

Yang saya hormati, yang mewakili Kapolri, Kapolri sedang melaksanakan tugas di Malaysia, Saudara Gubernur Jawa Barat, Saudara Pangdam, Saudara Kapolda,

Yang saya cintai, saya hormati dan saya muliakan Pimpinan Pusat LVRI beserta segenap Anggota Dewan Paripurna LVRI, para Pimpinan dan Pengurus LVRI, baik pada tingkat pusat, tingkat daerah maupun tingkat cabang, Pimpinan dan Anggota Pemuda Panca Marga dan segenap unsur generasi muda, para sesepuh dan senior,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Pada kesempatan yang baik ini dan semoga senantiasa penuh berkah ini marilah sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan rahmat dan ridho-Nya kepada kita masih diberi kesempatan, masih diberi tugas untuk melanjutkan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta. Kami juga merasa amat berbahagia karena dapat bersilaturrahim, dapat bertemu lagi dengan para sesepuh dan para senior yang dalam hal ini tergabung dalam Keluarga Besar Legiun Veteran Republik Indonesia.

Seyogyanya acara kita dimulai pukul 10.00 hari ini, tadi pagi saya meminta kepada Sekretaris Kabinet untuk menyampaikan kepada Pimpinan dan Keluarga Besar LVRI serta para menteri dan undangan yang lain, kiranya bisa undur satu jam sebelumnya, karena setelah selesai ibadah pagi hari saya mendapat berita bahwa Ibu Nelly Adam Malik wafat. Dan tadi pagi, saya datang ke rumah duka dan dalam percakapan saya dengan putra pertama Bapak Adam Malik, beliau mengetahui bahwa para senior dan para sesepuh hari ini berada di Bogor, ada yang sempat menelpon beliau tidak bisa hadir karena ada acara di tempat ini.

Untuk Bapak/Ibu ketahui, bahwa mengapa saya mohon untuk diundurkan? Akhirnya setengah jam mundurnya, karena hari ini ada rangkaian kegiatan di Bogor. Setelah acara ini, saya akan melepas 6000 penyuluh lapangan pertanian yang akan segera bekerja ke seluruh Indonesia, mengemban tugas, meningkatkan produksivitas pangan. Dan setelah itu di Istana Bogor ini pula, nanti sore ada pembicara tamu kita yang akan membicarakan climate change dan bagaimana pengaruhnya bagi kehidupan sejagad, serta apa yang dilakukan oleh masing-masing negara. Tentu dalam kaitan ini, kebijakan dan tindakan kita seperti apa. Dan setelah itu, kami baru kembali ke Jakarta malam menghadiri acara Kadin. Oleh karena itu, karena tidak mungkin mondar-mandir, saya mohon pengertian kalau acara ini mundur setengah jam.

Bapak/Ibu, hadirin yang saya hormati,

Bogor adalah bukti sejarah perjuangan bangsa dimana LVRI, Bapak/Ibu sebagian besar terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang sangat bersejarah, menjadi pelaku-pelaku sejarah dan paling tidak kita mengenal Bogor ini pada saat kita menggalang persatuan global, persatuan sedunia untuk sebuah kemerdekaan bangsa menghadapi kolonialisme waktu itu. Kita ingat rangkaian kegiatan persiapan menjelang Konferensi Asia Afrika. Peristiwa penting yang lain yang juga dilaksanakan di Bogor ini, tentu ada peristiwa-peristiwa dimana Presiden pertama kita, Presiden Soekarno, maupun Presiden kedua kita, Presiden Soeharto juga banyak sekali menggunakan Bogor sebagai tempat untuk mengambil keputusan-keputusan penting, sebagai tempat untuk sebuah kegiatan-kegiatan penting.

APEC yang kita kenal sekarang, Bogor Goals, Bogor Declarations yang dikenal dalam organisasi APEC dirumuskan di tempat ini. Di tempat ini juga pernah dilakukan satu proses untuk menyelesaikan persoalan Kamboja, sebelum peace keepers dari Indonesia mengemban tugas di Kamboja, di tempat inilah dilaksanakan peristiwa-peristiwa penting yang akhirnya menjadi bagian dalam mengakhiri konflik Kamboja yang berlangsung cukup lama waktu itu. Tentunya masih ada lagi sejumlah peristiwa penting, mudah-mudahan Bapak/Ibu tadi pagi masih sempat bernostalgia, di tempat yang bersejarah ini masih banyak peristiwa yang dilakukan oleh para pendiri Republik tentunya bagi yang telah dipanggil Yang Maha Kuasa, Ibu-ibu juga masih ada, kemudian Bapak/Ibu sekalian tentu bisa mengenang kembali betapa panjang perjalanan yang kita lalui untuk sebuah kemerdekaan negeri tercinta ini.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Pertama-tama saya mengucapkan selamat berkongres. Semoga Kongres ke-9 yang dilaksanakan sekarang ini menghasilkan sesuatu yang terbaik, baik dalam rangka pemilihan kepemimpinan LVRI untuk periode 2007-2012. 5 tahun betul Bapak? Dan mudah-mudahan pula Kongres ini juga menetapkan program kerja yang betul-betul bisa mewujudkan tujuan didirikannya LVRI dan sesuai pula dengan peran yang diemban oleh Keluarga Besar LVRI.

Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Probo Suwondo tadi, bahwa pada tahun 1957, Legiun Veteran Republik Indonesia didirikan dengan 3 tujuan utama. Yang pertama, kita kenal sebagai pembinaan potensi nasional Veteran Republik Indonesia yang bertujuan untuk melestarikan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan yang berkaitan dengan survival interest of our nation.

Yang kedua, juga bertujuan untuk sebenarnya mewujudkan kesejahteraan rakyat, utamanya di bidang sosial ekonomi, pendidikan dan kebudayaan, termasuk kesejahteraan anggota LVRI yang ini berkaitan dengan sesuatu yang penting, prosperity dan juga upaya memajukan kesejahteraan umum, kesejahteraan kita semua.

Dan yang ketiga, tujuan yang kita sama-sama ketahui, sesuai dengan amanah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, LVRI didirikan juga untuk ikut berkontribusi dalam penciptaan perdamaian dunia. Pembukaan kita mengatakan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sekaligus ikut meningkatkan persahabatan antar bangsa. Demikian tujuan didirikannya lembaga yang kita cintai ini pada tahun 1957. Kita menyadari Bapak/Ibu sekalian, bahwa tiga tujuan itu masih valid, masih relevan dan masih terus-menerus diperjuangkan, bukan hanya oleh LVRI, tetapi oleh keluarga besar bangsa Indonesia.

Sementara itu, kita kenali pula bahwa peran LVRI adalah pelestarian nilai-nilai 45. Kalau saya ditanya, apakah dalam dunia yang berubah dan berkembang sekarang ini, apakah dalam Indonesia modern dalam tanda kutip sekarang, ini masih relevan kita membicarakan pelestarian nilai-nilai 45? Jawaban saya adalah tetap relevan. Negara mana pun di dunia ini selalu mempertahankan kesinambungan, nilai-nilai perjuangan para pendahulunya. Generasi mana pun tidak pernah melupakan nilai-nilai itu, pelajaran yang dapat dipetik oleh para pendahulunya, oleh para pendiri negaranya atau oleh para founding fathers.

Yang kedua, peran LVRI, kita kenali juga ikut serta dalam pembangunan nasional. Kita akan terus membangun dan membangun, karena pembangunan nasional hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Peningkatan kesejahteran rakyat adalah never ending goals, unfinished agenda yang harus kita lakukan terus-menerus sampai apa yang tertuang dalam konstitusi kita untuk menuju Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur itu dapat kita capai. Oleh karena itu, istilah pembangunan nasional, draft pembangunan nasional bukan hanya milik Pemerintahan pada masa orde baru, tapi sesungguhnya milik kita semua karena negara kita pada hakekatnya harus terus membangun dan membangun menuju masa depan yang kita cita-citakan bersama.

Kemudian peran yang ketiga, kita kenali Veteran hakekatnya adalah pejuang, pejuang dari lembaga bersenjata, apakah war veterans, apakah dikatakan tadi peace keeping mission veterans, freedom fighters, semuanya adalah pejuang. Oleh karena itu, garis keperjuangan itu harus terus abadi. Perjuangan bukan hanya dilaksanakan di medan perang, tapi memajukan kehidupan bangsa kita, juga perjuangan atau bagian dari keperjuangan kita semua.

Dengan tujuan didirikannya LVRI dan peran LVRI yang saya sampaikan tadi, maka selaku Kepala Negara, saya berharap LVRI tetap dapat menjalankan kiprah, pengabdian dan perjuangannya untuk mewujudkan tujuan dan peran itu dan pada akhirnya merupakan pengabdian yang tidak mengenal batas akhir dari para pejuang, para sesepuh, dan para senior dalam memajukan kehidupan bangsa dan negara tercinta.

Bapak/Ibu, Hadirin sekalian yang saya hormati,

Pada kesempatan yang baik ini, saya menyambut baik tentang prakarsa untuk melakukan revisi Undang-Undang tentang Veteran. Disebutkan tadi, bahwa siapa yang berkategori Veteran harus tertuang dalam Undang-Undang kita, tadi disebutkan para Pejuang Kemerdekaan, Trikora, Dwikora, Seroja, dan juga para pejuang dalam tugas-tugas pemeliharaan perdamaian dunia, utamanya di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tentunya, baik kalau semua itu diabadikan, karena sesungguhnya tidak ada satu pun negara, bangsa di dunia ini yang tidak memiliki Lembaga Veteran, Hari Veteran dan hal-hal lain yang bersifat melestarikan nilai-nilai perjuangan sebuah bangsa.

Berbicara tentang kesejahteraan Veteran, meskipun Bapak/Ibu tidak selalu harus mengatakan kesejahteraan-kesejahteraan, tetapi wajib hukumnya bagi negara dalam hal ini Pemerintah untuk terus memikirkan kesejahteraan ini. Saya berpendapat, sebagaimana para sesepuh, para senior berpendapat, bahwa kesejahteraan untuk Veteran itu bukan konsep imbalan, karena pejuang tidak pernah meminta imbalan dalam perjuangannya, pejuang bukan Nasionalis. Oleh karena itu, saya bersetuju apabila ada wujud kesejahteraan bagi para Veteran pejuang bangsa, itu harus diletakkan sebagai wujud apresiasi. Apresiasi bangsa dan negara kepada para pejuangnya, kepada para Veterannya dan tepat kalau itu kita sebut, katakanlah dana kehormatan, kehormatan bagi yang berhak untuk menerimanya.

Bapak/Ibu, Hadirin sekalian,

Kita akan terus-menerus meningkatkan kesejahteraan rakyat kita, apapun profesinya, lebih-lebih kesejahteraan bagi mereka yang kita sebut dengan golongan ekonomi yang lemah, mereka-mereka pada strata bawah Pegawai Negeri Sipil, mereka-mereka komunitas petani, nelayan, buruh dan lain-lain yang tentunya menjadi kewajiban negara untuk terus-menerus memperjuangkan, memperbaiki, dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, kewajiban negara sebagai wujud penghargaan dan kehormatan kepada Keluarga Besar Veteran untuk meningkatkan kesejahteraan tadi tentunya dalam keselarasan dan keadilan dengan peningkatkan kesejahteraan komponen bangsa yang lain. Tentu Veteran tidak bersifat eksklusif, tetapi inklusif sebagai keluarga besar bangsa Indonesia. Dan tentu saja, peningkatan kesejahteraan ini sesuai dengan kemampuan negara yang dimiliki pada saat yang bersangkutan, jika insya Allah kemampuan negara kita makin meningkat, maka wujud penghormatan dan kesejahteraan itu, tentunya mesti disesuaikan dan diselaraskan.

Tadi pagi saya berkomunikasi dengan Menteri Sosial, Menteri Pertahanan tentang berapa angka kesejahteraan bagi Keluarga Besar Veteran dan saya diberitahu, bahwa Departemen Pertahanan sedang merevisi Undang-Undang itu, sedang meninjau kembali bentuk dari kesejahteraan ini. Saya mendukung Pak Menteri Pertahanan, lakukan revisi secara tepat dan adil, sekali lagi dalam keselarasan dengan kesejahteran rakyat kita yang lain dan dalam batas-batas kemampuan negara kita.

Bapak/Ibu, hadirin sekalian yang saya hormati,

Pada kesempatan yang baik ini, disamping masalah-masalah yang berkaitan dengan Organisasi Veteran, tujuan, peran, kegiatan, dan apa yang harus diberikan oleh negara kepada LVRI, sekaligus apa yang harus LVRI berikan untuk negaranya. Saya ingin menggunakan kesempatan yang baik ini untuk melaporkan ke hadapan para senior, para sesepuh perjalanan negara yang kita cintai ini pada periode ini tentu menuju masa depan yang kita cita-citakan bersama.

Setelah mengalami krisis yang dahsyat, 8 tahun yang lalu, sebagaimana kita ketahui bersama, negara kita berada dalam masa transisi. Negara kita berada dalam proses transformasi. Layaknya sebuah perubahan besar selalu ada dinamika, selalu ada pasang surut dalam istilah sosiologi kita kenal dengan yang kita sebut kurva J, kemunduran sementara, setback pada periode tertentu yang tentu saja penurunan shocks atau discontinuities atau setback ini harus kita kelola, agar tidak menganggu proses besar transformasi itu membikin keadaan yang lebih baik.

Dalam transformasi ini, kita rasakan terjadinya berbagai perubahan yang fundamental. Perubahan itu sendiri diniscayakan dalam kehidupan asalkan perubahan itu punya tujuan, dikelola dengan baik, dilakukan secara bertahap tanpa harus menciptakan persoalan-persoalan lebih besar lagi yang mengancam eksistensi sebuah negara. Perubahan fundamental juga mengandung arti, bahwa kita harus mengubah turning, satu arus, satu kebiasaan yang kira-kira kalau dibiarkan dia akan cenderung lurus. Pepatah Tiongkok mengatakan, sebuah perubahan, sebuah arus akan berjalan begitu sampai pada sebuah muara, apabila kita ada upaya untuk mengubahnya. Kalau kebiasaan untuk berkorupsi dibiarkan terus, masa depan negara kita akan makin suram karena tanpa korupsi biasa-biasa saja. Padahal korupsi menghancurkan moral kita, menghancurkan kekayaan bangsa kita, menghancurkan masa depan kita, menutup ruang untuk sebuah pembangunan yang lebih baik. Itu sebagai contoh.

Dan banyak lagi kebiasaan-kebiasaan yang mesti harus kita tata kembali. Reformasi sendiri adalah continuity and change yang harus berlangsung, harus terus bersambung, harus kita pertahankan. Kita kenali, bangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika, itu adalah nilai dan konsensus-konsensus dasar para Pendiri Republik yang harus menjadi bagian dari kesinambungan sebuah reformasi atau transformasi, continuity. Tetapi banyak, karena perkembangan jaman, pengalaman pada periode-periode sebelumnya yang harus kita lakukan perubahan oleh kita sendiri menuju ke arah yang baik.

Kebiasaan ceroboh pada lingkungan, menebang hutan begitu saja, illegal logging berkembang terus katakanlah, kemudian membuang sampah di kota-kota sembarangan. Dan kita tahu, tahun demi tahun kalau kita biarkan yang terjadi adalah kerusakan lingkungan dan banjir, maka kalau kita biarkan berarti kita sudah memberi masa depan kita yang tidak cerah, kita lakukan fundamental untuk itu.

Banyak yang kita lakukan, tetapi sebagaimana dialami oleh negara-negara lain dalam proses transformasinya, setiap perubahan selalu menghadapi perlawanan, resistensi. Biasanya orang enggan berubah, dulu begini kok, sekarang tidak apa-apa. Saya kira kalau kita yakin itu tidak benar, mestilah dengan kesadaran bersama, kita lakukan perubahan-perubahan bagian change dari sebuah reformasi atau transformasi. Asalkan Bapak/Ibu sekalian sebagai laporan saya, perubahan menuju masa depan yang lebih baik ini mesti kita sendiri yang menentukan arahnya, kita sendiri yang menentukan agenda-agendanya.

Dalam awal reformasi dulu banyak sekali nasehat-nasehat, banyak sekali pikiran-pikiran datang konsultan-konsultan dari banyak negara yang menurut pandangan saya belum tentu cocok, belum tentu sesuai dengan Indonesia kita, apakah itu menyangkut corak masyarakatnya, budaya kita, sejarah kita, kelebihan dan kekurangan kita dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam proses transformasi besar ini yang penting adalah kita yang menentukan arah, apakah 10, 20, 30 tahun ke depan, the vision of our nation. Indonesia seperti apa 30 tahun lagi, katakanlah demikian, the cause of our history, kita sendiri yang menentukan.

Jalan yang ditempuh oleh banyak Negara, hadirin yang saya hormati, dalam melakukan transformasi besarnya, apakah akhir dari abad ke-20 ataukah abad-abad yang silang berbeda-beda dari satu negara ke negara yang lain. Kita kenal bagaimana Eropa tumbuh berkembang dan kadang kala jatuh dan mengalami masa surut sampai menjadi Eropa modern, maju, dan sejahtera sekarang ini. Demikian juga Amerika, sejarahnya berbeda. Demikian juga Jepang, sejarahnya berbeda. Belakangan katakanlah, China atau Republik Rakyat Tiongkok sekarang dikenal sebagai negara besar yang terus tumbuh untuk mendapatkan posisinya yang anggap paling tinggi, paling tidak secara ekonomi nanti, itu juga mengalami proses perjalanan yang berbeda dengan negara-negara lain. Demikian juga Rusia dan India. Indonesia tidak bisa mengambil satu model, kita import, kita jalankan oleh generasi sekarang, oleh generasi berikutnya lagi, tetapi kita sendirilah yang menentukan, katakanlah model yang harus kita pilih, kita anut, dan kita jalankan.

Saya ingin memberi contoh Bapak/Ibu sekalian, sekarang ini kembali muncul tentang yang disebut dengan ideologi ekonomi, pilihan-pilihan kebijakan ekonomi. Sebenarnya ekonomi seperti apa yang tepat kita anut dan kita jalankan di negeri tercinta ini. Tentu ekonomi Indonesia tidak bisa meniru, mengambil model persis seperti kapitalisme yang dianut dan dijalankan di negara-negara barat, apalagi kapitalisme yang memandang pasar secara absolut, apalagi kapitalisme yang memiliki pikiran-pikiran yang fundamentalis.

Kita pun juga belum tentu sama dengan apa yang dianut Jerman yang disebut dengan ekonomi pasar sosial. Belum tentu juga, meskipun kita mendambakan keadilan sosial, ekonomi kita sama dengan ekonomi negara kesejahteraan, welfare state seperti yang dianut oleh Swedia. China, orang mengatakan kapitalisme China sekarang ini, meskipun ketika saya datang ke Beijing, saya pernah bertanya, apa ideologi ataupun mahzab yang dianut oleh Tiongkok sekarang ini? Mereka mengatakan adalah ekonomi pasar sosial, social market economy, barangkali mirip atau tidak mirip seperti istilah yang digunakan di Jerman. Rusia, Eropa Timur yang dulunya komunis sama juga dengan Tiongkok yang dulunya komunis, sekarang dianggap telah memasuki bagian dari pasar terbuka dengan juga nilai-nilai kapitalisme yang dipraktekkan di negara-negara itu.

Banyak varian, tetapi saya harus melaporkan ke hadapan para senior dan sesepuh pada forum yang mulia ini, bahwa ekonomi kita sesungguhnya sudah dicirikan oleh semangat didirikannya Republik oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 45 oleh Batang Tubuh dan pikiran-pikiran yang hidup selama ini. Oleh karena itu, jika Indonesia sekarang ini pada prinsipnya menganut ekonomi terbuka, open economy yang berkeadilan sosial, social justice, saya kira sama dengan pikiran-pikiran para pendahulu kita, para Founding Fathers yang merupakan pilihan yang terbaik untuk negara kita.

Dalam kaitan ini, wacana terus berkembang, kebijakan, dan strategi terus diubahusaikan, tindakan-tindakan dilakukan meskipun ekonomi kita terintegrasi dengan ekonomi sedunia, tetapi tentulah kita memastikan, bahwa wajah keadilan sosial, social justice yang ada dalam Pancasila kita, yang ada dalam Pembukaan Undang-Undang 45 kita menjiwai dan menjadi landasan dari ekonomi yang kita jalankan seperti ini.

Contoh yang saya kemukakan Bapak/Ibu sekalian, contoh salah satu bagian saya dari kehidupan nasional kita dalam kehidupan global, yaitu semacam idelogi, mahzab ataupun pilihan ekonomi kita. Tentu saja banyak sekali yang harus kita segarkan, kita pelihara, kita kembangkan dalam mengelola kehidupan negara, melanjutkan pembangunan bangsa, menuju apa yang kita cita-citakan bersama.

Bapak/Ibu, hadirin sekalian yang saya hormati,

Beberapa hari yang lalu di Istana Negara, saya menerima yang disebut Indonesia Forum. Datang sejumlah Akademisi, Pejabat Pemerintahan, pelaku dunia usaha dan komponen-komponen lain yang menyampaikan kepada saya selaku Kepala Negara tentang Visi Indonesia 2030. Sebagai pikiran anak bangsa yang disumbangkan oleh mereka kepada negaranya, saya menyambut baik pikiran-pikiran seperti itu, karena sesungguhnya masa depan kita 30 tahun dari sekarang katakanlah atau 50 tahun dari sekarang yang menentukan kita sendiri, bangsa ini sendiri. Setiap pemikiran dari anak bangsa, dari manapun datangnya yang memimpikan Indonesia yang lebih baik, yang tadi disebutkan dalam Visi 2030 tentulah harus kita sambut, kita hormati menjadi bagian dari niat baik dan perjuangan kita bersama. Tentu saja saya berpesan, Visi 2030 dengarkan juga masukan dari komponen yang lain. Anggaplah sebagai pemikiran terbuka, apabila disatukan, dibicarakan didebatkan dengan pihak-pihak lain akan terjadi kristalisasi dan akan muncul suatu pemikiran yang lebih komprehensif, yang representatif, yang lebih realistik, sehingga insya Allah bisa mencapai tujuan yang diharapkan.

Abad 21, abad yang menjanjikan harapan, abad yang menghadirkan peluang, meskipun tantangannya tidak sedikit. Kami percaya Bapak/Ibu sekalian, bahwa di abad 21 ini, Indonesia akan menjadi negara maju dan sejahtera. Maju dalam arti, lebih mandiri, lebih unggul, dan self generating yang bisa terus-menerus menciptakan peluang, momentum dan kesejahteraan bagi rakyatnya tanpa harus tergantung pada pihak lain dan bangsa lain.

Mandiri. Dalam pidato awal tahun saya pada bulan Januari yang lalu, kita katakan, bahwa yang namanya mandiri adalah mandiri dalam ekonomi, mandiri dalam politik, dan mandiri dalam ketahanan. Ekonomi. Ketergantungan mutlak kita pada pihak lain, pihak asing harus terus-menerus kita kurangi. Kalau akibat krisis atau periode sebelum itu, hutang kita cukup besar, rasio hutang terhadap penerimaan negara, debt to GDP ratio, kita semua tahun demi tahun harus terus-menerus mengurangi rasio hutang itu. Setelah kita melunasi hutang kita pada IMF, 2 tahun terakhir besarnya kurang-lebih 70 trilyun rupiah.

Setelah kita ingin menata sendiri perencanaan pembangunan ekonomi kita yang pada periode krisis itu dulu ada semacam resep yang diberikan IMF ataupun CGI, maka dengan tekad kita, kita bisa lebih mengatur ekonomi kita, menggunakan sumber daya ekonomi kita, melakukan pula manajemen yang tepat.

Tantangannya Bapak/Ibu sekalian, kita harus betul-betul bisa mengelola ekonomi kita di pusat dan di daerah, pertanian, industri, dan jasa. Makin kita cegah penyimpangan, keborosan, apalagi korupsi. Apabila semuanya itu bisa dilakukan, maka semangat untuk mandiri, meskipun tetap ada kerjasama dengan negara-negara sahabat dalam bidang ekonomi, maka saya percaya tahun demi tahun, dasawarsa demi dasawarsa, kita akan betul-betul meningkatkan kemandirian kita.

Unggul, bangsa yang unggul pada hakekatnya adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak persoalan dunia, persoalan bangsa dipecahkan karena teknologi. Kalau kita tidak invest dari sekarang, tidak memacu diri ilmu dan teknologi masa depan yang cerah tidak ditangan kita. Oleh karena itu, semangat unggul itu melalui pendidikan dan non pendidikan, kita ingin mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di bidang pertahanan, Bapak/Ibu, Hadirin sekalian, kebijakan yang kita tempuh sebagai laporan saya kepada Keluarga Besar LVRI, bahwa sistem persenjataan, peralatan, dan perlengkapan militer yang bisa kita produksi di dalam negeri wajib hukumnya untuk kita gunakan sendiri tanpa kita harus terlalu mudah melakukan pembelian ke negara-negara lain. Menteri Pertahanan telah mengatur dan mulai tahun 2005 yang lalu telah menggariskan sistem pengadaan seperti itu. Hanya sistem persenjataan yang memang belum mampu saat ini, saat ini karena saat yang lain barangkali kita mampu. Pesawat-pesawat tempur modern, kapal-kapal laut modern, sistem persenjataan darat atau alat utama modern yang kita belum, baru kita adakan dari luar negeri, itupun dengan kerangka kerjasama yang baik, menuju ke transfer of technology, ada juga kerjasama di dalam production dan lain-lain. Bagaimanapun kita tidak bisa hanya memberi cash and carry, tetapi ada proses untuk alih teknologi, proses untuk kerjasama yang lebih fair di bidang industri itu.

Ini juga mengurangi ketergantungan kita dalam upaya pertahanan negara. Banyak sekali masalah-masalah pertahanan yang kita harus menentukan sendiri, yang kadang-kadang kita berhadapan dengan negara-negara lain, negara-negara besar, seperti pengalaman di Selat Malaka dan upaya-upaya yang harus kita jalankan.

Di bidang politik, Bapak/Ibu sekalian, saya kira kita merevitalisasi politik bebas aktif kita. Dengan negara manapun kita bersahabat, tetapi ketika posisi dan sikap harus kita ambil, maka kita sendiri yang menentukan untuk diabdikan bagi sebesar-besar kepentingan nasional kita. Oleh karena itu, para senior barangkali 2, 3 tahun terakhir mengamati, bahwa kita menjalin kerjasama dengan negara-negara sahabat manapun asalkan mereka tidak memiliki sikap permusuhan kepada bangsa kita, maka sebagai manifestasi dari politik bebas aktif kita, kita membangun kerjasama persahabatan dengan negara-negara lain itu, all direction foreign policy, yang sesungguhnya juga bagian dari politik bebas aktif yang kita revitalisasikan.

Akhirnya Bapak/Ibu, Hadirin sekalian,

Dengan semuanya itu yang hendak kita bangun adalah negara kita, Negara Indonesia yang lebih aman, lebih adil, lebih demokratis. Demokratis dalam harmoni dan yang lebih sejahtera, peace, justice, democracy and prosperity. Utuh, jalan menuju Indonesia seperti itu sebagaimana perjuangan para senior pada awal kemerdekaan dulu, mempertahankan kemerdekaan selalu tidak mudah. Tidak pernah ada jalan yang lunak menuju tujuan yang mulia. Dan saya harus belajar dari para senior bahwa di waktu yang lalu, persoalan seberat apapun di negeri ini, krisis seperti apapun selalu dapat diatasi, karena ada kebersamaan, ada persatuan, ada solidaritas.

Indonesia masa kini menghadapi tantangan dalam unity-nya, dalam kebersamaannya, dalam solidaritasnya. Oleh karena itu, kami akan berjuang keras untuk kembali membangun sesuatu yang sangat penting untuk kita miliki, sebagaimana dimiliki oleh generasi yang terdahulu, ketika bersatu mengatasi krisis, bersatu menyelamatkan negara, maka mencapai tujuan yang mulia tadi, tujuan besar, 20, 30 tahun dari sekarang, maka setelah segalanya ada. Akhirnya, persatuan, kebersamaan, dan solidaritas diantara kitalah yang bisa mewujudkan cita-cita besar itu.

Itulah yang saya laporkan tentang apa yang kita lakukan sekarang ini, variasinya banyak sekali, dinamikanya tinggi sekali, persoalan datang dan pergi, tapi yakinlah, bahwa kita akan terus mengelola negara ini dengan sistem, dengan manajemen, dengan kaidah-kaidah yang benar untuk mencapai tujuan yang sama-sama kita cita-citakan.

Saya bermohon kepada Keluarga Besar LVRI untuk teruslah berkontribusi untuk masa depan bangsa dan negara kita. Untuk yang kesekian kalinya saya sampaikan, bahwa pengabdian kepada bangsa dan negara tidak mengenal batas akhir. Kaum Veteran, bukan hanya pejuang milik masa lalu dan bukan hanya berjuang hari ini, tapi pada hakekatnya kami juga berharap para sesepuh, para senior terus mengawal dan bersama-sama berjuang di hari esok. Semoga Tuhan Yang Maha Besar, Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT meridho niat baik dan cita-cita kita dan semoga perjalanan bangsa ini menuju ke cita-cita yang kita kehendaki.

Dan akhirnya, seraya memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan mengucapkan ”Bismillahirrahmanirrahim”, Kongres Ke-9 Legiun Veteran Republik Indonesia dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Sekian.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.

URL
http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2007/03/26/617.html

Tidak ada komentar: