28 November 2010

Menjalani Kehidupan Setelah Tak Muda Lagi (Psikologi pendidikan)

Agustine Dwiputri Psikolog

"Saya pria umur 41 tahun, berkeluarga, 2 anak, dan sudah 12 tahun ini bekerja di bank dengan pendidikan terakhir S-2. Karena senang dengan dunia pendidikan, saya menyempatkan diri menjadi dosen honorer di dua kampus, untuk kelas malam atau akhir pekan. Dalam seminggu, saya menyempatkan diri mengajar di kampus tersebut. Kebayang capek, kan?

Saat ini keinginan saya adalah mengulang lagi pendidikan S-2 di kampus ternama di Depok dengan biaya yang menurut saya tidak murah. Atas keinginan itu, saya selalu bertanya kepada diri sendiri, apakah niat saya untuk kuliah lagi merupakan hal aneh? Karena, menurut teman-teman, kalau punya uang, lebih baik uang itu diinvestasikan dalam bentuk tanah, kendaraan, atau rumah, tetapi kalau saya malahan untuk kuliah. Selain itu, mengingat usia yang tidak muda lagi, apakah niat kuliah tersebut merupakan suatu hal yang kurang berguna?" (T di Jakarta)

Sebelum menjawab pertanyaan Bapak T, saya akan menguraikan mengenai masa dewasa madya, suatu masa yang biasanya antara usia 40 tahun hingga 59 tahun, tahap yang sedang Bapak masuki. Pada masa ini, seseorang memang sudah tak dapat dikatakan belia lagi, tetapi kebanyakan tetap berada dalam kondisi fisik, kognisi, dan emosi yang baik. Mereka biasanya punya tanggung jawab berat dan berbagai peran dalam kehidupannya, tetapi merasa mampu untuk menanganinya. Biasanya merupakan masa untuk melakukan evaluasi diri dan mengambil keputusan untuk sisa kehidupannya.

Perkembangan fisik

Ahli psikologi perkembangan, Papalia, Olds, dan Feldman (2008) mengatakan bahwa pada masa ini:

— meski terjadi perubahan-perubahan fisiologis akibat penuaan dan faktor genetis, tingkah laku dan gaya hidup dewasa madya dapat memengaruhi kemunculan dan peningkatannya. Makin sehat gaya hidup dan tingkah laku mereka, makin kecil perubahan yang dialami.

— kebanyakan dapat mengompensasi penurunan-penurunan minor yang bertahap dalam kemampuan sensoris dan psikomotor, termasuk fungsi penglihatan, kehilangan daya tahan tubuh, atau menurunnya kepadatan tulang dan kapasitas utama seseorang.

Perkembangan kognisi/pemikiran

— Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mental dasar kebanyakan mencapai puncaknya pada masa ini. Kemampuan intelegensi cair menurun lebih cepat daripada intelegensi terkristalisasi. Yang dimaksud dengan intelegensi cair adalah tipe intelegensi yang diterapkan pada permasalahan baru, tak dipengaruhi oleh pendidikan dan budaya, tapi oleh hal-hal neurologis, penalaran, dan abstraksi. Sedangkan intelegensi terkristalisasi meliputi kemampuan mengingat dan menggunakan informasi yang pernah dipelajari, dipengaruhi oleh pendidikan dan latar belakang budaya.

— Pemikiran seorang dewasa yang telah matang dapat memadukan logika dengan intuisi dan emosi, fakta dengan ide, informasi baru dan lama, interpretasi hal-hal yang dibaca, dilihat dan didengar. Jadi mampu menyaring berdasarkan pengalaman dan pembelajaran sebelumnya.

— Kemampuan mengatasi masalah praktis tampak kuat dan mencapai puncaknya pada masa dewasa madya.

— Jika terjadi penurunan produktivitas, akan diimbangi dengan peningkatan kualitas.

— Beberapa dewasa madya terlihat masuk kampus kembali atau terlibat dalam pendidikan lanjutan. Hal ini dilakukan terutama untuk memperbaiki keterampilan kerja dan pengetahuan, atau untuk persiapan pergantian karier.

Jadi, proses menua yang sukses bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan penyesuaian terhadap kehilangan-kehilangan karena usia, tetapi lebih pada pengembangan kapasitas baru dan pencarian tantangan baru.

Aktualisasi diri

Salah satu tanda manusia yang berkepribadian matang adalah mampu mengembangkan potensi diri yang positif dan bermanfaat. Setelah menjalani kehidupan sekian lama sebagai manusia dewasa, sangat wajar bila seseorang telah dapat memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kemudian tercapai pula kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, terus meningkat pada pencapaian harga diri yang tinggi, hingga akhirnya ingin mencapai aktualisasi diri (pandangan dari Abraham Maslow, tokoh psikologi humanistik). Perolehan aktualisasi diri bisa berbeda-beda dan sangat bervariasi antara satu individu dan individu lainnya.

Berbicara mengenai pekerjaan bagi dewasa madya dapat dijelaskan bahwa telah terjadi perubahan paradigma pada masa dahulu dan sekarang. Paradigma dulu, di masa mudanya seseorang memulai kegiatan dengan terlebih dulu menjalani pendidikan, kemudian bekerja sampai dipensiun, dan setelah lansia dia beristirahat. Paradigma masa kini berbeda, menjalani pendidikan, bekerja, dan beristirahat dilakukan secara bersamaan dan berkelanjutan, baik pada masa muda, dewasa madya, maupun usia lanjut. Yang penting adalah proporsi yang seimbang di antara ketiga kegiatan tersebut, disesuaikan dengan tahapan kehidupannya.

Jadi, rasanya tak perlu khawatir dianggap aneh oleh orang lain karena memilih ingin kuliah lagi. Sejauh Bapak telah cukup memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehari-hari nanti, tak ada salahnya Bapak memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi lagi, yaitu melanjutkan pendidikan untuk menggali ilmu pengetahuan sekaligus bekal Bapak yang sangat menikmati kegiatan mengajar.

Apa yang Bapak inginkan adalah sesuatu yang sangat wajar sesuai dengan perkembangan manusia pada umumnya. Secara spesifik, memang bergantung pada kebutuhan dan nilai-nilai hidup yang dianut setiap orang selama ini. Aktualisasi macam apa yang sesuai bagi dirinya, akan menentukan apa yang dipilihnya untuk melanjutkan kehidupan ke masa depan. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa manusia adalah the self determining being, makhluk yang mampu menentukan sendiri segala sesuatunya, termasuk kualitas hidupnya.

Selamat menentukan pilihan dan menikmatinya.

http://cetak.kompas.com/read/2010/11/28/03300622/.menjalani.kehidupan.setelah.tak.muda.lagi

Tidak ada komentar: