08 Mei 2010

100 Persen Tidak Lulus di Sekolah-sekolah Kecil

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Siswa Sekolah Menengah Pertama Borobudur, Jakarta, menangis bahagia karena berhasil lulus ujian akhir nasional seusai pengumuman kelulusan di sekolah mereka, Jumat (7/5). Sebanyak 54 siswa dari 97 peserta ujian di sekolah tersebut dinyatakan tidak lulus dan harus mengikuti ujian ulang pada 17-20 Juni 2010.

Pengumuman Kelulusan Ditanggapi Biasa

Ketidaklulusan 100 persen banyak menimpa sekolah-sekolah dengan jumlah siswa kecil, di bawah 30 siswa. Sebagian besar sekolah itu adalah SMP terbuka. Sekolah tersebut ditengarai juga terbatas sarana dan prasarananya. Sementara itu, kemarin tidak tampak ada eforia.

Pengumuman kelulusan ujian nasional, Jumat (7/5), tidak dilakukan dengan cara yang sama. Sebagian sekolah ada yang membagikan amplop kepada orangtua murid, ada sekolah membagikan amplop pengumuman langsung kepada murid, dan ada pula yang melarang murid ke sekolah karena mereka yang tidak lulus ditelepon langsung ke rumah mereka.

Maria Regina Nayenggita (15) dari SMP Mater Dei, Kota Tangerang Selatan, Banten, bersama dua temannya, Irene Indraswari dan Goretti Praptaningtyas, bergembira setelah tahu dirinya lulus. "Seneng banget. Enggak sangka. Padahal, biasa-biasa saja belajarnya. Latihan soal terus di sekolah sampai bosan," kata Goretti yang mendapat nilai 36,80.

SMP kecil

Pengumuman di SMP Gotong Royong, Yogyakarta, pengumuman diwarnai tangis karena hanya dua dari peserta UN lulus. Meskipun punya kesempatan mengulang, murid yang gagal merasa malu dan kecewa.

"Perasaan saya campur aduk, belum tahu mau apa setelah ini," ujar Titin Andrajani (15), salah satu murid yang tak lulus. Dia gagal di mata pelajaran Matematika dan IPA. Beberapa sekolah menyebut kebanyakan tidak lulus di mata pelajaran Bahasa Inggris. Murid di SMP Gotong Royong kebanyakan datang dari keluarga tak mampu sehingga mereka tak mampu membeli buku pelajaran.

Di Kota Samarinda ada delapan sekolah lulus 0 persen dengan jumlah siswa 97 orang, atau rata-rata 12 orang per sekolah.

Sementara dari 105 sekolah di Jawa Tengah yang tingkat kelulusannya 0 persen, 82 di antaranya adalah SMP terbuka yang berisi siswa sudah bekerja.

"Waktu mau UN, saya memang tidak belajar karena harus bekerja," kata Jumainah (15), salah satu siswa SMP Negeri Terbuka 1 Cepiring, Kendal, Jawa Tengah, seusai mengambil hasil kelulusan ujian nasional di sekolahnya. Dari 11 siswa SMPN Terbuka 1 Cepiring yang mengikuti UN, semua tidak lulus.

SMPN Terbuka 1 Cepiring memiliki 19 siswa, hanya 11 ikut UN. Kebanyakan siswa di sekolah yang menginduk ke SMPN Cepiring ini bekerja sebagai buruh, pembantu rumah tangga, nelayan, dan penjaga toko. Kepala SMPN 1 Cepiring Indar Suci Mulyani mengakui, rendahnya motivasi siswa menjadi penyebab ketidaklulusan.

Di Tegal, persentase kelulusan beberapa sekolah anjlok lebih dari 50 persen. Sejumlah kepala sekolah mengaku sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan bimbingan kepada siswa. Kepala SMP Negeri 13 Kota Tegal Dwi Setiawan mengatakan, sebagian siswa tidak lulus pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Dia menyebutkan, kualitas input siswa, kekurangan sarana laboratorium bahasa, juga majunya jadwal ujian sebagai faktor yang memengaruhi turunnya angka kelulusan. (AHA/BRO/ARA/ENY/IRE/HEN/MDN/GAL/HAN/EGI/EKI/ELN/LUK/WIE/KOR/ILO/INK) - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/08/04243467/100.persen.tidak.lulus.di.sekolah-sekolah.kecil

Tidak ada komentar: