21 Maret 2010

Kejujuran Lebih Penting

Jangan Mudah Percaya pada Informasi Adanya Bocoran Soal

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DI Yogyakarta kembali tidak menetapkan target kelulusan pada ujian nasional mulai Senin (22/3). Penyelenggaraan ujian nasional lebih difokuskan pada peningkatan kejujuran dengan mengetatkan pengawasan.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi DI Yogyakarta Suwarsih Madya mengatakan hal itu seusai peluncuran distribusi soal dari percetakan ke sekolah di Yogyakarta, Sabtu (20/3).

Menurut Suwarsih, kejujuran dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) lebih penting daripada target kelulusan yang tinggi. Kejujuran merupakan salah satu nilai utama yang harus ditanamkan dalam proses pendidikan. Selain itu, penetapan target kelulusan justru akan mendorong tindak kecurangan maupun manipulasi.

Suwarsih menyebutkan, pada tahun 2009 indikasi kecurangan UN DI Yogyakarta mencapai lima persen. Indikasi kecurangan itu diperoleh dari analisis hasil UN 2009 yang dilakukan Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional. Analisis dilakukan dengan mengukur pola kesamaan yang ditemukan pada lembar jawaban UN.

Kecurangan dalam UN, kata Suwarsih, akan mempersulit pemetaan mutu pendidikan suatu daerah. "Kalau kecurangan tinggi, pemetaan tidak mencerminkan mutu pendidikan sebenarnya. Peningkatan mutu pun menjadi tanpa arah," ujarnya.

Terkait hal itu, Koordinator Panitia Pelaksana UN DI Yogyakarta Baskara Aji mengatakan akan menambah jumlah pengawas luar di 11 SMA/SMK yang terindikasi terdapat kecurangan pada UN 2009. Penambahan 2-3 pengawas tersebut untuk memantau indikasi kecurangan di lapangan.

Ditekan

Di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu kemarin, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyatakan, terdapat beberapa perbedaan antara UN 2010 dan UN 2009. Perbedaan terbesar terkait penyelenggaraan UN ulangan. Dengan UN ulangan, angka ketidaklulusan diharapkan bisa ditekan karena siswa berkesempatan memperbaiki hasil ujian. "Dulu, kalau misalnya tahun ini tidak lulus, baru bisa mengulang tahun depan, tetapi sekarang berbeda," kata Nuh.

Saat dinyatakan tidak lulus dalam UN, menurut Nuh, siswa bisa mengikuti ujian ulangan yang diselenggarakan setelah pengumuman kelulusan. Selain ujian ulangan, siswa yang sakit bisa mengikuti ujian susulan dan ujian Paket C. "Dengan cara ini, angka ketidaklulusan diharapkan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya," tuturnya.

Sebagai gambaran, ujar Nuh, dari 6 juta lebih peserta UN tahun lalu, 65.534 orang di antaranya tidak lulus.

Nuh menyebutkan pula, hasil UN tahun ini tidak hanya digunakan untuk menentukan kelulusan siswa. "Dari nilai UN, kami melakukan analisis dan evaluasi terlebih dulu sebelum menentukan intervensi kebijakan," kata Nuh.

Ia mengingatkan pula agar masyarakat tidak mudah percaya pada informasi adanya bocoran soal yang beredar. Momentum ini digunakan sebagian orang untuk menyalahgunakan kesempatan yang ada.

Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Sahudi menyatakan pendapat yang senada. Apalagi, pengamanan untuk menjaga kerahasiaan soal dioptimalkan. Selain menggandeng polisi, pengamanan juga melibatkan Tim Pemantau Independen (TPI) Ujian Nasional. "Jangan mudah percaya daripada nanti hasil ujian malah berantakan semua," tuturnya.

Distribusi soal

Jajaran Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya turut mengamankan pendistribusian naskah UN ke setiap kepolisian sektor melalui Operasi Cendekia Semeru 2010 PAM Unas SMA/SMK. Pengamanan dilakukan di setiap titik sampai naskah tiba di masing-masing sekolah.

Di Yogyakarta, polisi juga dilibatkan menjaga soal UN di sekolah. Setiap sekolah penyimpan soal UN akan dijaga dua polisi.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo Bambang Ariawan mengatakan pula, seiring dengan datangnya soal ujian, pengamanan di masing-masing subrayon ditingkatkan dan dijaga dua polisi. Pengamanan soal dilakukan terus-menerus selama 24 jam. (ire/bee/egi) http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/21/02425724/kejujuran.lebih.penting

Tidak ada komentar: