20 Februari 2010

Pembangunan Karakter Bangsa (Tajuk Rencana Kompas Sabtu, 20 Februari 2010)

Penjiplakan karya ilmiah adalah potret karakter kebohongan, bahkan di ranah lembaga pendidikan yang seharusnya menjunjung tinggi kejujuran.

Bangsa Indonesia tidak layak lagi disebut bermartabat karena mental buruk menjadi bagian yang inheren. Sosok berkarakter menjadi kekecualian dan barang mewah. Praktik korup di segala bidang kehidupan dianggap biasa, bahkan niscaya.

Mengutip kondisi "zaman edan" Ranggawarsita, kita mengalami krisis moral dan keteladanan. Buruknya perilaku moral bangsa relatif tidak terjadi pada masyarakat kebanyakan, tetapi justru dipertontonkan secara masif oleh mereka yang disebut panutan dan kaum bertoga yang berumah di awan.

Silat lidah di Senayan, sisi positif merupakan demokratisasi, sisi negatifnya bentuk perilaku korup dan bohong. Sulit dibedakan mana benar, mana salah—juga di lembaga peradilan—membuat kondisinya tinggal masalah keberuntungan. Melunturnya sikap kepemimpinan di segala lini membuat kita seolah-olah sebuah orkestra kehidupan tanpa konduktor.

Pembangunan karakter bangsa yang seharusnya ditangani negara diambil oper media. Ketika media, terutama media elektronik, pun ikut serta ambil peran merusak. Banyaknya acara tidak mendidik, sebaliknya punya rating tinggi, menunjukkan proses kehancuran peradaban kita.

Kecerdasan tinggi yang dihasilkan lembaga pendidikan, dilengkapi perilaku hedonis dan instan, mengakibatkan praksis pendidikan diselenggarakan dalam kondisi tidak menguntungkan. Praksis pendidikan akhirnya ikut jatuh dalam perilaku karakter buruk. Namun, praksis pendidikan tetap memberikan harapan. Masih bisa diskenariokan dan diselenggarakan praksis pendidikan yang bersemangat membangun karakter.

Dunia pendidikan dengan gunung es kasus jiplak-menjiplak tidak membuat kita putus asa. Kita diingatkan pernyataan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh tentang perlunya penanaman sikap berkarakter baik sejak dini. Dari mana dimulai? Dari sekolah, di antaranya lewat mata pelajaran Budi Pekerti.

Bedakan Budi Pekerti dengan mata pelajaran sejenis. Apa tujuannya? Agar sejak awal dalam praksis pendidikan, ranah yang relatif masih belum tercemar itu ditanamkan secara persuasif cara hidup berbangsa dan bernegara sebagai bagian dari nation and character building.

Apa isinya? Nilai-nilai dasar, seperti kejujuran, kebersamaan, toleransi, tanggung jawab, peduli kepada orang lain, termasuk sopan santun atau tata krama sebagai humanisasi, proses menjadi manusiawi. Ya, Budi Pekerti! Barangkali inilah kata kunci ketika kita tergerus terus oleh perilaku dan karakter buruk yang berkembang masif sekarang dan dominan dalam situasi serba bohong dan serba seolah-olah sekarang. http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/20/03260378/tajuk.rencana

Tidak ada komentar: