04 Juli 2009

Jelang Ajaran Baru: Seragam dan Buku Diburu

Pekerja menjahit baju seragam sekolah di sentra industri konfeksi di Gang Karawang Dalam, Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/6). Menjelang pergantian tahun ajaran, pemesanan baju seragam sekolah meningkat hingga sebesar 40 persen.
/

JAKARTA, KOMPAS.com - Menjelang tahun ajaran baru, penjualan seragam sekolah dan buku tulis meningkat tajam. Di beberapa pasar tradisional, seperti di Cipulir dan Mayestik di Jakarta Selatan serta Tanah Abang di Jakarta Pusat, peningkatan penjualan seragam mencapai 50 persen.

"Penjualan seragam, terutama seragam SD, dari tahun ke tahun selalu naik. Tahun ini diperkirakan bisa naik 50 persen dibanding penjualan tahun lalu. Saya juga memasok ke pasar atau kios-kios seragam di Tangerang. Omzet per hari selama tiga hari terakhir sudah mencapai Rp 20 juta," kata Rossy (50), pemilik kios sekaligus usaha konfeksi di Cipulir, Jumat (3/7).

Untuk memenuhi lonjakan permintaan seragam sekolah di tahun ajaran baru di pertengahan Juli 2009, Rossy telah menyiapkan persediaan sejak tiga bulan lalu. Menurut Rossy, sejak April, ia telah menambah pesanan kain bahan seragam dari Bandung sampai tiga kali lipat dari pesanan normal.

Di Pasar Tanah Abang, omzet pedagang seragam bervariasi antara Rp 10 juta per hari sampai yang tertinggi mencapai Rp 150 juta per hari. Menurut Norman, pemilik kios khusus grosir seragam, omzet pedagang di Tanah Abang besar karena melayani pesanan tidak hanya dari Jakarta, tetapi juga dari luar kota dan luar Pulau Jawa.

Dibandingkan dengan harga jual seragam sekolah di pasar-pasar lain, harga yang dipatok di Pasar Tanah Abang memang relatif lebih murah. Namun, sebagian besar kios hanya melayani penjualan secara grosir. Di kios yang menjual secara grosir, konsumen diwajibkan membeli barang yang sama minimal tiga atau enam lembar seragam.

Akan tetapi, konsumen diuntungkan karena harga jualnya bisa lebih murah hingga Rp 10.000 per lembar seragam dibandingkan dengan harga eceran.

"Lumayan, saya membeli empat pasang seragam untuk anak saya yang naik kelas VI SD. Per pasangnya, yaitu kemeja dan celana, bisa dapat Rp 45.000. Di Mayestik, tahun lalu saja sudah segitu harganya, pasti sekarang sudah naik lagi," kata Sri Mulyani di Tanah Abang.

Selain pakaian, atribut sekolah lainnya—mulai dari topi, dasi, emblem, sampai sabuk, kaus kaki, dan sepatu kasual hitam yang banyak dicari siswa baru—tersedia di pasar-pasar tradisional ini. Harganya pun terjangkau, yaitu berkisar Rp 3.000 untuk sepasang kaus kaki dan antara Rp 20.000-Rp 50.000 untuk sepasang sepatu.

Buku tulis juga tidak luput dari perburuan para orangtua siswa. Kios-kios buku dadakan mudah ditemui di beberapa titik di Jakarta, seperti di Jalan Ciledug Raya dan Blok M hingga di pameran-pameran, seperti di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran.

"Omzet kami sejak pekan lalu sudah mencapai Rp 8 juta per hari. Jika dibanding tahun lalu, tingkat penjualan kami naik 15-20 persen," kata Fadli, pemilik toko buku dan peralatan sekolah di dekat Terminal Blok M.

Pengumuman tahap I

Hari ini, Sabtu (4/7), para calon siswa, khususnya yang mau masuk SMP, akan segera mengetahui kepastian nasibnya. Sesuai jadwal penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMP negeri di DKI, pengumuman seleksi tahap I pada 4 Juli ini. Selanjutnya, pada Kamis (9/7), akan diumumkan ketersediaan bangku-bangku kosong di SMPN di DKI.

"Deg-degan juga menunggu pengumuman. Habisnya, Kamis, saya masih di peringkat 50-an. Hari ini (Jumat, 3/7) sudah melorot jadi di bawah 100. Bisa-bisa tidak lolos. Berarti masih harus cari-cari sekolah lagi nanti," kata Sari (14) saat ditemui di SMPN 115 Tebet. (NEL)

http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/07/04/06592964/Seragam.dan.Buku.Diburu

Tidak ada komentar: