Fitri (25), warga Ciputat, Kabupaten Tangerang, mengatakan, Senin (8/9), tahun ajaran baru ini dia mengeluarkan biaya Rp 104.000 guna membeli empat buku lembar kerja siswa (LKS) dan empat buku cetak mata pelajaran Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Tematik. Buku itu untuk putrinya yang duduk di bangku kelas II SD negeri di Ciputat.
"Saya harus mengirit uang belanja untuk membayar kontan buku. Tidak boleh mencicil," ujarnya.
Wiwin (32), warga Jalan Bakti, Ciputat, juga mengeluhkan biaya buku pelajaran anaknya yang bersekolah di kelas II sebuah SD negeri di Ciputat. "Beli bukunya harus kontan. Bayar Rp 200.000 dapat buku Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Sains, Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Agama, Bahasa Inggris, LKS Bahasa Inggris, dan buku tulis huruf sambung," ujarnya.
Bagi Wiwin yang suaminya bekerja sebagai satpam dengan gaji Rp 900.000 per bulan, biaya buku itu termasuk berat. Tahun lalu, dia terpaksa meminjam uang ke tetangga untuk melunasi utang buku pelajaran Rp 100.000.
Kepala sekolah di kawasan Kabupaten Tangerang sendiri mengaku kesulitan membeli dan meminjamkan buku pelajaran gratis kepada anak. Kepala SDN Gintung 02 Pagi, Marman, mengatakan, hanya ada dua buku, yakni Matematika dan Bahasa Indonesia, yang dipinjamkan gratis. Padahal, di jenjang sekolah dasar ada sembilan mata pelajaran.
Pilih tidak beli buku
Situasinya agak berbeda di Jakarta. Sejumlah sekolah di Jakarta telah mampu membeli lebih banyak buku pelajaran untuk kemudian dipinjamkan kepada murid secara gratis. Mereka mendapat dana bantuan operasional pendidikan dari Pemerintah DKI Jakarta. Hanya saja, sekolah membeli buku secara bertahap sehingga ada buku yang belum terpenuhi.
Warga yang kesulitan secara ekonomi memilih tidak membeli buku dan hanya mengandalkan pinjaman dari sekolah.
Program Buku Pelajaran Murah juga tidak banyak membantu mereka pada tahun ajaran ini. Seperti diberitakan, terdapat 407 judul buku yang sudah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah dan 74 judul di antaranya telah dicetak dan tersedia di Pusat Buku Indonesia. Harga eceran tertinggi Rp 4.500 hingga Rp 23.000 per buku.
Hanya saja, keberadaan buku pelajaran murah tersebut belum diketahui merata. Kepala SDN Gintung 02 Pagi, Marman, misalnya, belum pernah mendengar soal program tersebut. Hal senada diungkapkan Turman, Kepala SDN Nanggung 01 Pagi, Kabupaten Serang. (INE)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/09/00493596/masyarakat.masih.terbebani.buku.pelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar