![]() |
KOMPAS/AUFRIDA WISMI WARASTRI / Kompas Images Salah satu ruangan training hotel dalam kompleks SMKN 1, SMKN 2, dan SMKN 3 Banda Aceh saat diresmikan, Kamis (10/7). Hotel menjadi salah satu pemasukan untuk membiayai sekolah. |
Aufrida Wismi Warastri
Pertengahan Juli lalu ruang pertemuan sebuah hotel baru di Mibo, Banda Aceh, penuh orang. Sebuah konferensi pers yang dipimpin Kepala Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Nanggroe Aceh Darussalam-Nias Kuntoro Mangkusubroto tengah digelar.
Kepada wartawan Kuntoro mengatakan, sekolah menengah kejuruan (SMK) terbaik dengan fasilitas terlengkap di Indonesia ada di Banda Aceh. "Tulis ya," kata Kuntoro.
Sekolah itu adalah SMKN 1, SMKN 2, dan SMKN 3 di Mibo yang dibangun dalam satu kompleks dengan dana Rp 155 miliar. Sebanyak Rp 110 miliar untuk konstruksi dan sisanya untuk peralatan dan furnitur.
Konferensi pers itu memang digelar di hotel. Namun, hotel setingkat bintang dua itu ternyata bagian dari sekolah SMK dan merupakan lokasi training hotel.
Selain ruang pertemuan yang adem dengan lantai karpet tebal, hotel berlantai dua itu memiliki puluhan kamar. Furniturnya lengkap, jauh lebih bagus dari hotel-hotel di kabupaten kecil di Sumatera. Spring bed dan kamar mandi di dalam ruangan dengan kucuran air dari shower masih baru. Ruangan kamar juga sejuk dengan pendingin ruangan. Beberapa kamar dilengkapi minibar.
Hotel akan menjadi sebuah laboratorium pelayanan bagi siswa SMK. Warga umum bisa menggunakannya. Di meja penerima tamu, sebuah komputer sudah tersedia untuk mempermudah administrasi tamu.
Hotel hanyalah salah satu fasilitas yang dimiliki kompleks SMK seluas 6,4 hektar itu. Sebuah harga yang sebanding dengan angka pembangunan sekolah yang begitu fantastis.
Direktur Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Suyanto yang duduk di samping Kuntoro ikut mengiyakan kawasan sekolah baru itu sebagai SMK terluas di Indonesia, mengalahkan SMK di Malang yang menempati areal seluas 4 ha.
Sekolah itu dibangun 5 kilometer dari sekolah lama di kawasan Lampineung dan jauh dari pantai untuk menghindari tsunami.
Selain asrama untuk 140 siswa, berbagai laboratorium juga dibangun untuk SMKN 1, yaitu bidang manajemen dan bisnis seperti akuntansi, kesekretariatan, marketing, hingga teknologi informasi; SMKN 2 dalam bidang teknik, konstruksi, dan listrik; serta SMKN 3 menangani perhotelan, tata boga, tata busana, dan kecantikan.
Jerman
Seluruh pembangunan dibiayai Pemerintah Jerman melalui Bank Pembangunan Jerman, KfW Entwicklungsbank, dan Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman (Econid), yang membentuk Indonesian German Disaster Relief Committee atau Indogerm sesaat setelah tsunami menerjang Aceh dan Nias.
Indogerm beranggota sekitar 50 perusahaan Jerman dan perseorangan yang bekerja di Indonesia, di antaranya perusahaan kimia Basf, Bayer, Siemens, Merck, Deutsche Bank, Allianz, hingga Schering.
"Bukan semata-mata jumlah uang, tetapi bagaimana bisa membangun manusia," tutur Duta Besar Jerman untuk Indonesia Baron Paul von Maltzahn yang hadir dalam acara itu. Hadir pula Ingrid Matthaeus-Maier dari KfW, Danny Jozal dari Indogerm, dan sejumlah tokoh NAD.
Pemerintah Jerman, dalam catatan Kuntoro, merupakan negara yang paling banyak membantu untuk rekonstruksi Aceh dan Nias.
Pembangunan fasilitas belajar tersebut didukung pula perusahaan kimia PT Basf senilai Rp 12,6 miliar. Basf juga mendanai Panti Asuhan Iraono Nifaeri di Gunungsitoli, Nias, sebesar Rp 8,4 miliar dan beasiswa 185 bocah yang ditampung di panti tersebut.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/03/00553545/smk.terbaik.bagi.generasi.muda.aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar